Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sudah membeberkan sejumlah penyebab tingginya polusi di DKI Jakarta, dan salah satunya disumbang oleh sektor transportasi. Tentu saja butuh sejumlah terobosan dan inovasi untuk menekan polusi yang dihasilkan dari sektor transportasi dan menghasilkan udara yang lebih baik.
Guru Besar Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB), Puji Lestari, memaparkan sejumlah solusi guna mengatasi polusi udara di Ibu Kota Jakarta. “Ada beberapa solusi yang bisa dilakukan untuk menurunkan emisi pada sektor transportasi yang menjadi penyumbang utama polusi di Jakarta. Kami sudah pernah meneliti dan mengecek efek penurunan emisinya,” kata Puji Lestari dikutip dari Antara
Puji memaparkan solusi pertama adalah implementasi EURO4 untuk kendaraan penumpang, bus, truk serta sepeda motor. Menurut dia, kendaraan berat jumlahnya cukup banyak, mobilitasnya tinggi, serta boros bahan bakar sehingga debu yang dihasilkan juga banyak, begitu juga sepeda motor menyumbang polutan jenis CO jumlahnya juga banyak sehingga harus benar-benar dikendalikan emisinya.
Jika standar emisi gas buang EURO 4 sudah diimplementasikan dengan baik, tambahnya, pasti emisi yang dihasilkan oleh kendaraan umum dan pribadi akan berkurang. "EURO 4 itu terkait dengan teknologi kendaraan dan bahan bakar yang digunakan. Jadi harus support. Jangan mesinnya EURO 4, tapi bahan bakarnya biasa," katanya.
Kedua, lanjutnya, pengurangan emisi bisa dilakukan dengan menerapkan stimulus untuk kepemilikan kendaraan listrik guna menggantikan kendaraan berbahan bakar minyak. Tidak ketinggalan juga perlu disiapkan infrastruktur pendukungnya seperti SPKLU dan lain sebagainya.
Puji menyarankan agar dilakukan kajian mendalam sehingga nantinya masyarakat luas bisa menggunakan kendaraan listrik untuk mengurangi polusi udara. Dengan demikian, penjualan kendaraan listrik dan pembangunan fasilitas SPKLU bisa tepat sasaran.
Solusi ketiga, paparnya, penggunaan bahan bakar gas alam terkompresi (Compressed natural gas/CNG) pada semua kendaraan bus dan truk. Keempat, tambahnya, pemerintah bisa menerapkan solusi scrapping system yaitu memusnahkan kendaraan yang melebihi batas usia pakai yang ditetapkan.
“Sejumlah solusi tersebut, juga bisa dikombinasikan dengan langkah-langkah manajemen transportasi, seperti road pricing electronic serta penilangan jika ada pelanggaran standard emisi," katanya.
Deret solusi tersebut, lanjut Puji, merupakan hasil penyempurnaan penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa sektor transportasi masih menjadi penyumbang utama polutan di Jakarta. "Perlu ada implementasi kebijakan agar dapat secara efektif dan simultan mengurangi tingkat polusi di Jakarta,” katanya.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) membeberkan penyebab polusi udara di Jakarta, yakni faktor alami Faktor alami ialah musim, musim, arah kecepatan angin, hingga lanskap Jakarta. Adapun faktor tak alami disebabkan gas buangan transportasi, industri, hingga pembakaran sampah.
Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sudah membeberkan sejumlah penyebab tingginya polusi di DKI Jakarta, dan salah satunya disumbang oleh sektor transportasi. Tentu saja butuh sejumlah terobosan dan inovasi untuk menekan polusi yang dihasilkan dari sektor
transportasi dan menghasilkan udara yang lebih baik.
Guru Besar Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB), Puji Lestari, memaparkan sejumlah solusi guna mengatasi polusi udara di Ibu Kota Jakarta. “Ada beberapa solusi yang bisa dilakukan untuk menurunkan emisi pada sektor transportasi yang menjadi penyumbang utama polusi di Jakarta. Kami sudah pernah meneliti dan mengecek efek penurunan emisinya,” kata Puji Lestari dikutip dari Antara
Puji memaparkan solusi pertama adalah implementasi EURO4 untuk kendaraan penumpang, bus, truk serta sepeda motor. Menurut dia, kendaraan berat jumlahnya cukup banyak, mobilitasnya tinggi, serta boros bahan bakar sehingga debu yang dihasilkan juga banyak, begitu juga sepeda motor menyumbang polutan jenis CO jumlahnya juga banyak sehingga harus benar-benar dikendalikan emisinya.
Jika standar emisi gas buang EURO 4 sudah diimplementasikan dengan baik, tambahnya, pasti emisi yang dihasilkan oleh kendaraan umum dan pribadi akan berkurang. "EURO 4 itu terkait dengan teknologi kendaraan dan bahan bakar yang digunakan. Jadi harus support. Jangan mesinnya EURO 4, tapi bahan bakarnya biasa," katanya.
Kedua, lanjutnya, pengurangan emisi bisa dilakukan dengan menerapkan stimulus untuk kepemilikan kendaraan listrik guna menggantikan kendaraan berbahan bakar minyak. Tidak ketinggalan juga perlu disiapkan infrastruktur pendukungnya seperti SPKLU dan lain sebagainya.
Puji menyarankan agar dilakukan kajian mendalam sehingga nantinya masyarakat luas bisa menggunakan kendaraan listrik untuk mengurangi polusi udara. Dengan demikian, penjualan kendaraan listrik dan pembangunan fasilitas SPKLU bisa tepat sasaran.
Solusi ketiga, paparnya, penggunaan bahan bakar gas alam terkompresi (Compressed natural gas/CNG) pada semua kendaraan bus dan truk. Keempat, tambahnya, pemerintah bisa menerapkan solusi scrapping system yaitu memusnahkan kendaraan yang melebihi batas usia pakai yang ditetapkan.
“Sejumlah solusi tersebut, juga bisa dikombinasikan dengan langkah-langkah manajemen transportasi, seperti road pricing electronic serta penilangan jika ada pelanggaran standard emisi," katanya.
Deret solusi tersebut, lanjut Puji, merupakan hasil penyempurnaan penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa sektor transportasi masih menjadi penyumbang utama polutan di Jakarta. "Perlu ada implementasi kebijakan agar dapat secara efektif dan simultan mengurangi tingkat polusi di Jakarta,” katanya.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) membeberkan penyebab polusi udara di Jakarta, yakni faktor alami Faktor alami ialah musim, musim, arah kecepatan angin, hingga lanskap Jakarta. Adapun faktor tak alami disebabkan gas buangan transportasi, industri, hingga pembakaran sampah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)