Ubud: Pemerintah sudah mengembangkan bensin dengan campuran bioetanol sebanyak 5 persen (E5) di Pertamax Green. Bahkan apabila dikembangkan menjadi bahan bakar bioetanol 100 persen maka emisi gas buang kendaraan bisa ditekan.
Toyota sudah melakukan riset mengenai bahan bakar bioetanol hingga 100 persen (E100). Bahkan pabrikan asal Jepang tersebut sudah mengembangkan teknologi mesin Flex-Fuel yang bisa menegak E100 dan terbukti bisa menurunkan emisi gas buang hingga 14 persen.
“Etanol 100 mengurangi emisi 14 persen. Efisiensinya mirip, tapi tenaganya lebih besar 4 persen,” ucap Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Bob Azam, di Ubud Bali.
Bob menekankan untuk mencapai E100 membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak. Mengingat untuk menghasilkan bahan bakar ini tidak hanya bisa digerakan oleh industri otomotif semata, namun juga berkaitan dengan industri lainnya.
“Kalau di kita ini sebagai diversifikasi energi. Kita harus lihat dari beberapa sumber supaya bisa lebih kuat energinya. Tapi biasanya energi alternatif selalu lebih mahal dari bensin,” lanjutnya.
Teknologi Flex-Fuel ini juga sudah dipasarkan, khususnya di Brazil. Masyarakat di sana bisa menggunakan E100 apabila negara mengalami surplus tebu dan gula melimpah, namun apabila harga gula tinggi maka tebu diubah menjadi gula dan masyarakatnya kembali ke bahan bakar fosil.
“E100 itu kan banyak dipakai di Brazil dari tebu, jadi fleksibel. Kalau harga gulanya jatuh mereka bisa gunakan bahan bakar, jadi harganya naik lagi. Tapi kalau harganya mahal mereka pakai fosil lagi. Jadi ini meningkatkan dan menjaga harga gula di petani,” ucap Bob.
Teknologi Flex-Fuel Bisa Digunakan Mesin dengan Kode TR
Teknologi Flex-Fuel ini juga sudah diperkenalkan di Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2023. Kala itu, mereka menyematkannya di Toyota Fortuner dan Corolla Cross.
Hanya saja Bob menjelaskan, bahwa bahan bakar tersebut hanya sesuai di mobil Toyota dengan kode mesin TR. Kalau dilihat untuk mobil di Indonesia, mesin TR ini bisa ditemukan di Hilux dan Fortuner.
“Kita sudah punya satu engine (TR) yang sudah bisa digerakan oleh Etanol, nanti bodinya kan macam-macam. Jadi mobilnya bisa apa saja, yang penting mesinnya TR,” kata Bob.
Lebih spesifikasi lagi, untuk mesin TR yang disematkan oleh Toyota Fortuner bensin berkode 2TR-FE dengan kapasitas 2.694 cc 4 silinder segaris, 4 katup, DOHC, dual VVT-i. Mesin ini mampu menyemburkan tenaga 161 daya kuda @ 3.400 rpm dan torsi maksimal 242 Nm @ 4.000 rpm.
Sementara untuk pada Hilux single cab bensin tersemat mesin berkode 1TR-FE dengan kapasitas 1.998 cc 4 silinder segaris, 16 katup, DOHC Dual VVT-i. Tenaga yang dihasilkan mencapai 137 daya kuda @ 5.600 rpm dan torsi maksimum 183,38 Nm @ 4.000 rpm.
Ubud: Pemerintah sudah mengembangkan bensin dengan campuran bioetanol sebanyak 5 persen (E5) di Pertamax Green. Bahkan apabila dikembangkan menjadi bahan bakar bioetanol 100 persen maka emisi gas buang kendaraan bisa ditekan.
Toyota sudah melakukan riset mengenai bahan bakar bioetanol hingga 100 persen (E100). Bahkan pabrikan asal Jepang tersebut sudah mengembangkan teknologi mesin Flex-Fuel yang bisa menegak E100 dan terbukti bisa menurunkan emisi gas buang hingga 14 persen.
“Etanol 100 mengurangi emisi 14 persen. Efisiensinya mirip, tapi tenaganya lebih besar 4 persen,” ucap Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Bob Azam, di Ubud Bali.
Bob menekankan untuk mencapai E100 membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak. Mengingat untuk menghasilkan bahan bakar ini tidak hanya bisa digerakan oleh industri otomotif semata, namun juga berkaitan dengan industri lainnya.
“Kalau di kita ini sebagai diversifikasi energi. Kita harus lihat dari beberapa sumber supaya bisa lebih kuat energinya. Tapi biasanya energi alternatif selalu lebih mahal dari bensin,” lanjutnya.
Teknologi Flex-Fuel ini juga sudah dipasarkan, khususnya di Brazil. Masyarakat di sana bisa menggunakan E100 apabila negara mengalami surplus tebu dan gula melimpah, namun apabila harga gula tinggi maka tebu diubah menjadi gula dan masyarakatnya kembali ke bahan bakar fosil.
“E100 itu kan banyak dipakai di Brazil dari tebu, jadi fleksibel. Kalau harga gulanya jatuh mereka bisa gunakan bahan bakar, jadi harganya naik lagi. Tapi kalau harganya mahal mereka pakai fosil lagi. Jadi ini meningkatkan dan menjaga harga gula di petani,” ucap Bob.
Teknologi Flex-Fuel Bisa Digunakan Mesin dengan Kode TR
Teknologi Flex-Fuel ini juga sudah diperkenalkan di Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2023. Kala itu, mereka menyematkannya di Toyota Fortuner dan Corolla Cross.
Hanya saja Bob menjelaskan, bahwa bahan bakar tersebut hanya sesuai di mobil Toyota dengan kode mesin TR. Kalau dilihat untuk mobil di Indonesia, mesin TR ini bisa ditemukan di Hilux dan Fortuner.
“Kita sudah punya satu engine (TR) yang sudah bisa digerakan oleh Etanol, nanti bodinya kan macam-macam. Jadi mobilnya bisa apa saja, yang penting mesinnya TR,” kata Bob.
Lebih spesifikasi lagi, untuk mesin TR yang disematkan oleh Toyota Fortuner bensin berkode 2TR-FE dengan kapasitas 2.694 cc 4 silinder segaris, 4 katup, DOHC, dual VVT-i. Mesin ini mampu menyemburkan tenaga 161 daya kuda @ 3.400 rpm dan torsi maksimal 242 Nm @ 4.000 rpm.
Sementara untuk pada Hilux single cab bensin tersemat mesin berkode 1TR-FE dengan kapasitas 1.998 cc 4 silinder segaris, 16 katup, DOHC Dual VVT-i. Tenaga yang dihasilkan mencapai 137 daya kuda @ 5.600 rpm dan torsi maksimum 183,38 Nm @ 4.000 rpm.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(UDA)