Jakarta - Sistem pengisian cepat di stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU), selalu menjadi solusi buat mereka yang ingin mengisi baterai kendaraannya hingga 80 persen. Yap, mengapa hanya hingga 80 persen? Lantaran di fase 80 persen inilah penurunan kemampuan pengisian cepat baterai, terjadi sangat signifikan.
Kecepatan pengisian yang biasanya bisa berlangsung di atas 50 kWh per jam, turun hingga di bawah 10 kWh per jam ketika sudah mencapai level 80 persen. Lalu mengapa ini bisa terjadi? Tidak seperti pengisian bahan bakar yang bisa mencapai sekitar 95 persen dari tangki penuh.
Head of Public Relation MG Motor Indonesia, Norman Nababan menjelaskan bahwa pengisian energi listrik ke baterai itu tidak seperti pengisian benda cair seperti BBM ke tangki bahan bakar. Apalagi sistem pengisian cepat, itu berlaku lantaran energi baterai mencari cell yang kosong untuk diisi.
"Pada level 80 persen baterai terisi, energi yang akan mengisi cell baterai, akan mencari cell baterai yang kosong. Ibaratnya, mobil sedang antre masuk ke sebuah area parkir yang mulai terisi 80 persen. Tentu akan mulai melambat untuk mencari area parkir yang kosong. Itu pula penyebab utama mengapa sistem fast charging atau pengisian cepat baterai di SPKLU itu hanya efektif sampai 80 persen saja," ujar Norman kepada medcom.id pada 25 Februari 2025 lalu.
Penyebab kedua disebutkan Norman jadi penyebabnya adalah untuk alasan keamanan ketika sedang mengisi baterai. Ini adalah prosedur yang dilakukan untuk membuat baterai lebih aman untuk digunakan. Jika tegangan tetap diatur ke arus tegangan tinggi, maka kemungkinan terjadinya kerusakan baterai sangat besar.
"Jadi tetap akan diberlakukan cara aman untuk melakukan pengisian baterai. Mengingat secanggih-canggihnya teknologi kendaraan listrik, kalau tidak aman untuk digunakan maka orang-orang juga akan takut menggunakan kendaraan berteknologi tinggi ini."
Jakarta - Sistem pengisian cepat di stasiun pengisian
kendaraan listrik umum (
SPKLU), selalu menjadi solusi buat mereka yang ingin mengisi baterai kendaraannya hingga 80 persen. Yap, mengapa hanya hingga 80 persen? Lantaran di fase 80 persen inilah penurunan kemampuan pengisian cepat baterai, terjadi sangat signifikan.
Kecepatan pengisian yang biasanya bisa berlangsung di atas 50 kWh per jam, turun hingga di bawah 10 kWh per jam ketika sudah mencapai level 80 persen. Lalu mengapa ini bisa terjadi? Tidak seperti pengisian bahan bakar yang bisa mencapai sekitar 95 persen dari tangki penuh.
Head of Public Relation MG Motor Indonesia, Norman Nababan menjelaskan bahwa pengisian energi listrik ke baterai itu tidak seperti pengisian benda cair seperti BBM ke tangki bahan bakar. Apalagi sistem pengisian cepat, itu berlaku lantaran energi baterai mencari cell yang kosong untuk diisi.
"Pada level 80 persen baterai terisi, energi yang akan mengisi cell baterai, akan mencari cell baterai yang kosong. Ibaratnya, mobil sedang antre masuk ke sebuah area parkir yang mulai terisi 80 persen. Tentu akan mulai melambat untuk mencari area parkir yang kosong. Itu pula penyebab utama mengapa sistem fast charging atau pengisian cepat baterai di SPKLU itu hanya efektif sampai 80 persen saja," ujar Norman kepada medcom.id pada 25 Februari 2025 lalu.
Penyebab kedua disebutkan Norman jadi penyebabnya adalah untuk alasan keamanan ketika sedang mengisi baterai. Ini adalah prosedur yang dilakukan untuk membuat baterai lebih aman untuk digunakan. Jika tegangan tetap diatur ke arus tegangan tinggi, maka kemungkinan terjadinya kerusakan baterai sangat besar.
"Jadi tetap akan diberlakukan cara aman untuk melakukan pengisian baterai. Mengingat secanggih-canggihnya teknologi kendaraan listrik, kalau tidak aman untuk digunakan maka orang-orang juga akan takut menggunakan kendaraan berteknologi tinggi ini."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)