Orlando: Meski pilihan mobil listrik (electric vehicle/EV) kian beragam, survei terbaru dari American Automobile Association (AAA) menunjukkan minat masyarakat Amerika Serikat terhadap kendaraan listrik justru menurun.
Hanya 16 persen responden yang menyatakan sangat mungkin atau mungkin membeli mobil listrik sebagai kendaraan berikutnya angka terendah sejak tahun 2019.
Sebaliknya, jumlah orang yang mengatakan tidak mungkin atau sangat tidak mungkin membeli mobil listrik meningkat dari 51 persen menjadi 63 persen, tertinggi sejak tahun 2022.
“Sejak kami mulai memantau minat terhadap kendaraan listrik sepenuhnya, kami melihat adanya fluktuasi. Meskipun industri otomotif berkomitmen untuk elektrifikasi jangka panjang dan menyediakan berbagai pilihan model, keraguan konsumen tetap ada,” ujar Direktur Rekayasa Otomotif AAA, Greg Brannon, dikutip dari keterangan resminya.
Biaya Baterai Mahal Jadi Hambatan Utama
Survei AAA mencatat beberapa alasan utama di balik keraguan konsumen. Biaya perbaikan baterai yang tinggi (62%) dan harga beli yang mahal (59%) menjadi dua hambatan utama.
Selain itu, kekhawatiran bahwa EV tidak cocok untuk perjalanan jarak jauh (57%), minimnya stasiun pengisian umum (56%), dan ketakutan kehabisan daya saat berkendara (55%) turut menjadi perhatian.
Sebanyak 31% responden yang ragu atau tidak berminat membeli EV juga menyebutkan masalah keamanan. Sebanyak 27% menghadapi tantangan memasang stasiun pengisian di rumah, dan 12% mengkhawatirkan penghapusan insentif seperti potongan pajak dan subsidi.
Minat Pernah Tinggi Saat Harga BBM Naik
Pada tahun 2022, ketika harga bensin mencapai angka tertinggi yaitu US$5 per galon, sebanyak 77% responden mengaku tertarik pada mobil listrik karena efisiensi biaya bahan bakar. Namun kini, dengan rata-rata harga bensin nasional antara US$3,00 – US$3,50 per galon, daya tarik tersebut mulai berkurang.
Meski begitu, alasan utama membeli EV masih sama: penghematan bahan bakar, kepedulian terhadap lingkungan, serta biaya perawatan yang lebih rendah. Berdasarkan analisis AAA Your Driving Cost 2024, EV memiliki biaya bahan bakar dan perawatan paling rendah dibandingkan tipe kendaraan lainnya.
Pandangan Masa Depan EV Mulai Surut
Menariknya, keyakinan masyarakat mobil listrik akan mendominasi jalanan dalam 10 tahun ke depan kini menurun drastis. Dari yang sebelumnya 40% di tahun 2022, kini hanya 23% yang percaya akan hal itu. Bahkan, minat memanfaatkan insentif pajak dan subsidi EV juga menurun, dari 60% tahun lalu menjadi hanya 39% tahun ini.
Hybrid Jadi Alternatif Menarik
AAA menyarankan masyarakat mempertimbangkan kendaraan hybrid atau plug-in hybrid sebagai alternatif. Gabungan mesin bensin dan motor listrik dapat menjadi solusi atas kekhawatiran jarak tempuh dan infrastruktur pengisian daya.
“Pilihan hybrid bisa menjadi jembatan untuk konsumen yang belum siap beralih sepenuhnya ke mobil listrik. Ini memberikan kenyamanan kendaraan konvensional dengan manfaat penghematan bahan bakar dan emisi lebih rendah,” pungkas Brannon.
Orlando: Meski pilihan
mobil listrik (electric vehicle/EV) kian beragam, survei terbaru dari American Automobile Association (AAA) menunjukkan minat masyarakat Amerika Serikat terhadap
kendaraan listrik justru menurun.
Hanya 16 persen responden yang menyatakan sangat mungkin atau mungkin membeli mobil listrik sebagai kendaraan berikutnya angka terendah sejak tahun 2019.
Sebaliknya, jumlah orang yang mengatakan tidak mungkin atau sangat tidak mungkin membeli mobil listrik meningkat dari 51 persen menjadi 63 persen, tertinggi sejak tahun 2022.
“Sejak kami mulai memantau minat terhadap kendaraan listrik sepenuhnya, kami melihat adanya fluktuasi. Meskipun industri otomotif berkomitmen untuk elektrifikasi jangka panjang dan menyediakan berbagai pilihan model, keraguan konsumen tetap ada,” ujar Direktur Rekayasa Otomotif AAA, Greg Brannon, dikutip dari keterangan resminya.
Biaya Baterai Mahal Jadi Hambatan Utama
Survei AAA mencatat beberapa alasan utama di balik keraguan konsumen. Biaya perbaikan baterai yang tinggi (62%) dan harga beli yang mahal (59%) menjadi dua hambatan utama.
Selain itu, kekhawatiran bahwa EV tidak cocok untuk perjalanan jarak jauh (57%), minimnya stasiun pengisian umum (56%), dan ketakutan kehabisan daya saat berkendara (55%) turut menjadi perhatian.
Sebanyak 31% responden yang ragu atau tidak berminat membeli EV juga menyebutkan masalah keamanan. Sebanyak 27% menghadapi tantangan memasang stasiun pengisian di rumah, dan 12% mengkhawatirkan penghapusan insentif seperti potongan pajak dan subsidi.
Minat Pernah Tinggi Saat Harga BBM Naik
Pada tahun 2022, ketika harga bensin mencapai angka tertinggi yaitu US$5 per galon, sebanyak 77% responden mengaku tertarik pada mobil listrik karena efisiensi biaya bahan bakar. Namun kini, dengan rata-rata harga bensin nasional antara US$3,00 – US$3,50 per galon, daya tarik tersebut mulai berkurang.
Meski begitu, alasan utama membeli EV masih sama: penghematan bahan bakar, kepedulian terhadap lingkungan, serta biaya perawatan yang lebih rendah. Berdasarkan analisis AAA Your Driving Cost 2024, EV memiliki biaya bahan bakar dan perawatan paling rendah dibandingkan tipe kendaraan lainnya.
Pandangan Masa Depan EV Mulai Surut
Menariknya, keyakinan masyarakat mobil listrik akan mendominasi jalanan dalam 10 tahun ke depan kini menurun drastis. Dari yang sebelumnya 40% di tahun 2022, kini hanya 23% yang percaya akan hal itu. Bahkan, minat memanfaatkan insentif pajak dan subsidi EV juga menurun, dari 60% tahun lalu menjadi hanya 39% tahun ini.
Hybrid Jadi Alternatif Menarik
AAA menyarankan masyarakat mempertimbangkan kendaraan hybrid atau plug-in hybrid sebagai alternatif. Gabungan mesin bensin dan motor listrik dapat menjadi solusi atas kekhawatiran jarak tempuh dan infrastruktur pengisian daya.
“Pilihan hybrid bisa menjadi jembatan untuk konsumen yang belum siap beralih sepenuhnya ke mobil listrik. Ini memberikan kenyamanan kendaraan konvensional dengan manfaat penghematan bahan bakar dan emisi lebih rendah,” pungkas Brannon.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)