Brussel: Ketegangan perdagangan otomotif antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) tampaknya mulai menemukan titik terang. Dalam pernyataan bersama yang baru dirilis, kedua pihak berencana untuk saling mengakui standar otomotif masing-masing sebagai bagian dari kesepakatan perdagangan baru.
“Dengan hormat, Amerika Serikat dan Uni Eropa bermaksud untuk menerima dan saling memberikan pengakuan terhadap standar masing-masing,” demikian bunyi pernyataan resmi yang kemudian dituliskan Road and Track.
Meski terdengar sederhana, kalimat tersebut bisa membawa dampak besar bagi industri otomotif global. Para pakar menilai klausul yang tertulis dalam Pasal 8 perjanjian dagang ini kemungkinan akan menyasar pada aspek standar keselamatan dan emisi kendaraan.
Pengacara perdagangan internasional di Butzel, Jennifer Smith-Veluz, mengatakan, “Ini sesuatu yang ingin mereka capai, tetapi detail teknis tentang bagaimana penerapannya jelas akan menjadi bagian dari negosiasi lebih lanjut.”
Jika terealisasi, kerja sama ini bisa mengubah lanskap regulasi otomotif. Kendaraan asal AS berpotensi masuk pasar Eropa tanpa harus memenuhi standar keselamatan ketat seperti proteksi pejalan kaki atau sistem pengereman darurat otomatis.
Sebaliknya, mobil Eropa yang masuk ke AS bisa terbebas dari aturan khusus seperti bumper yang lebih kuat atau lampu indikator khas pasar Amerika.
Namun, wacana ini menuai kritik dari berbagai pihak di Eropa. Direktur Eksekutif European Transport Safety Council, Antonio Avenoso, menilai keputusan tersebut akan mengorbankan keselamatan publik.
“Uni Eropa telah mengibarkan bendera putih dalam hal keselamatan jalan. Ini bukan sekadar detail teknis, tetapi pilihan politik yang mengutamakan kenyamanan perdagangan di atas nyawa manusia,” tegasnya.
Kelompok advokasi Transportation & Environment juga mengingatkan masuknya pickup dan SUV berukuran besar dari AS ke Eropa bisa meningkatkan risiko bagi pengguna jalan lain.
“Pejalan kaki, pesepeda, dan pengemudi berada dalam risiko lebih besar karena lonjakan kendaraan raksasa dari AS akan semakin cepat terjadi setelah pakta perdagangan ini,” tulis pernyataan resmi kelompok tersebut.
Selain soal keselamatan, perbedaan regulasi emisi juga menjadi perhatian. Regulasi Eropa lebih menekankan pada pengurangan karbon dioksida, sementara AS lebih fokus pada nitrogen oksida penyebab kabut asap. Situasi ini berpotensi menimbulkan benturan kebijakan lingkungan di masa depan.
Perlu dicatat, klausul ini masih menjadi bagian dari negosiasi tarif otomotif. Saat ini, AS mengenakan tarif tambahan 27,5 persen untuk kendaraan Eropa. Presiden Donald Trump sebelumnya berjanji akan menurunkan tarif tersebut menjadi 15 persen jika kesepakatan dagang dengan Uni Eropa tercapai.
Meski kesepakatan standar otomotif lintas benua akan mempermudah perdagangan, para ahli menilai penerapannya tidak akan mudah mengingat perbedaan regulasi yang sudah mengakar kuat di kedua wilayah.
Brussel: Ketegangan perdagangan
otomotif antara
Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) tampaknya mulai menemukan titik terang. Dalam pernyataan bersama yang baru dirilis, kedua pihak berencana untuk saling mengakui
standar otomotif masing-masing sebagai bagian dari kesepakatan perdagangan baru.
“Dengan hormat, Amerika Serikat dan Uni Eropa bermaksud untuk menerima dan saling memberikan pengakuan terhadap standar masing-masing,” demikian bunyi pernyataan resmi yang kemudian dituliskan Road and Track.
Meski terdengar sederhana, kalimat tersebut bisa membawa dampak besar bagi industri otomotif global. Para pakar menilai klausul yang tertulis dalam Pasal 8 perjanjian dagang ini kemungkinan akan menyasar pada aspek standar keselamatan dan emisi kendaraan.
Pengacara perdagangan internasional di Butzel, Jennifer Smith-Veluz, mengatakan, “Ini sesuatu yang ingin mereka capai, tetapi detail teknis tentang bagaimana penerapannya jelas akan menjadi bagian dari negosiasi lebih lanjut.”
Jika terealisasi, kerja sama ini bisa mengubah lanskap regulasi otomotif. Kendaraan asal AS berpotensi masuk pasar Eropa tanpa harus memenuhi standar keselamatan ketat seperti proteksi pejalan kaki atau sistem pengereman darurat otomatis.
Sebaliknya, mobil Eropa yang masuk ke AS bisa terbebas dari aturan khusus seperti bumper yang lebih kuat atau lampu indikator khas pasar Amerika.
Namun, wacana ini menuai kritik dari berbagai pihak di Eropa. Direktur Eksekutif European Transport Safety Council, Antonio Avenoso, menilai keputusan tersebut akan mengorbankan keselamatan publik.
“Uni Eropa telah mengibarkan bendera putih dalam hal keselamatan jalan. Ini bukan sekadar detail teknis, tetapi pilihan politik yang mengutamakan kenyamanan perdagangan di atas nyawa manusia,” tegasnya.
Kelompok advokasi Transportation & Environment juga mengingatkan masuknya pickup dan SUV berukuran besar dari AS ke Eropa bisa meningkatkan risiko bagi pengguna jalan lain.
“Pejalan kaki, pesepeda, dan pengemudi berada dalam risiko lebih besar karena lonjakan kendaraan raksasa dari AS akan semakin cepat terjadi setelah pakta perdagangan ini,” tulis pernyataan resmi kelompok tersebut.
Selain soal keselamatan, perbedaan regulasi emisi juga menjadi perhatian. Regulasi Eropa lebih menekankan pada pengurangan karbon dioksida, sementara AS lebih fokus pada nitrogen oksida penyebab kabut asap. Situasi ini berpotensi menimbulkan benturan kebijakan lingkungan di masa depan.
Perlu dicatat, klausul ini masih menjadi bagian dari negosiasi tarif otomotif. Saat ini, AS mengenakan tarif tambahan 27,5 persen untuk kendaraan Eropa. Presiden Donald Trump sebelumnya berjanji akan menurunkan tarif tersebut menjadi 15 persen jika kesepakatan dagang dengan Uni Eropa tercapai.
Meski kesepakatan standar otomotif lintas benua akan mempermudah perdagangan, para ahli menilai penerapannya tidak akan mudah mengingat perbedaan regulasi yang sudah mengakar kuat di kedua wilayah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)