Namun, rumor tentang Messi yang diduga berada dalam spektrum autisme, khususnya Asperger's Syndrome, telah lama beredar. Yuk simak, apa benar bintang sepakbola no. 1 mengidap autisme?
Asal Usul Spekulasi
Spekulasi tentang Messi memiliki autisme bermula dari beberapa anekdot masa kecilnya. Messi dikenal sebagai anak yang sangat pendiam dan sering dijuluki "el pequeño mudito" atau "si kecil yang pendiam."Selain itu, ia kerap menunjukkan perilaku repetitif seperti menjaga rutinitas ketat dan memperhatikan detail kecil, yang sering dikaitkan dengan karakteristik individu dalam spektrum autisme.
Pada 2013, mantan pesepak bola Romario bahkan mengutip artikel yang menyatakan bahwa Messi mungkin memiliki Asperger's Syndrome.
Romario menyebut kemampuan Messi yang luar biasa di lapangan sebagai hasil dari fokus mendalam yang kerap dikaitkan dengan individu dalam spektrum ini.
Namun, hingga kini, tidak ada diagnosis resmi yang mengonfirmasi bahwa Messi berada dalam spektrum autisme.
Penting untuk dicatat bahwa sifat-sifat seperti rasa fokus tinggi dan kecenderungan pendiam tidak secara otomatis menunjukkan adanya autisme.
Persepsi Publik dan Meme di Media Sosial
Rumor tentang Messi tidak hanya berkembang di kalangan media tradisional, tetapi juga menjadi perbincangan hangat di media sosial.Di platform seperti TikTok dan Twitter, tagar seperti #MessiAutism telah digunakan untuk membahas kebiasaan Messi di dalam dan luar lapangan.
Pada 2022, menjelang Piala Dunia di Qatar, video kompilasi yang mengklaim menunjukkan "bukti" Messi memiliki autisme menjadi viral.
Video-video ini sering menampilkan momen Messi yang fokus atau terlihat tenang di lapangan, diiringi narasi tentang Asperger’s Syndrome.
Namun, penggunaan meme seperti ini juga memancing reaksi beragam. Beberapa netizen memuji meme tersebut sebagai cara kreatif untuk membahas kejeniusan Messi, sementara yang lain mengkritiknya sebagai eksploitasi isu serius untuk hiburan.
Contohnya, di TikTok, beberapa video dengan hashtag #MessiAutism telah ditonton ratusan ribu kali, tetapi tidak jarang komentar mengkritik penyebaran klaim tanpa dasar ilmiah.
Di Twitter, diskusi juga kerap diwarnai humor, seperti unggahan yang menyindir keberadaan "kompilasi autisme Messi" dengan nada sarkastis. Misalnya, salah satu unggahan menyebutkan, "Tidak mungkin seseorang benar-benar membuat video kompilasi Messi autisme."
Karakteristik yang Dikaitkan dengan Messi
Beberapa perilaku Messi sering dibandingkan dengan gejala Asperger’s Syndrome, seperti:1. Kesulitan Interaksi Sosial: Pada masa kecil, Messi menunjukkan sifat pemalu yang ekstrem, lebih memilih berlatih sendirian daripada berinteraksi dengan teman sebayanya.
Bahkan di usia dewasa, Messi dikenal lebih nyaman berkomunikasi dengan lingkaran kecilnya, seperti keluarga dan rekan satu tim.
2. Fokus dan Konsentrasi Tinggi: Kemampuan Messi untuk tetap fokus di tengah tekanan di lapangan sering dianggap sebagai indikator konsentrasi luar biasa.
Fokusnya terlihat saat ia mengontrol bola dengan presisi luar biasa, bahkan dalam situasi paling sulit sekalipun.
3. Kebutuhan Akan Rutinitas: Messi dikabarkan menjaga rutinitas yang sangat konsisten, mulai dari pola latihan hingga makanan yang ia konsumsi sebelum pertandingan. Kebiasaan ini dianggap sebagai salah satu faktor yang mendukung performanya yang stabil.
Namun, perilaku-perilaku ini juga umum ditemukan pada individu yang tidak berada dalam spektrum autisme, sehingga tidak dapat dijadikan dasar diagnosis.
Pandangan Medis dan Perspektif Profesional
Para profesional medis menegaskan pentingnya diagnosis resmi untuk menentukan apakah seseorang berada dalam spektrum autisme.Diagnosis tersebut memerlukan evaluasi mendalam oleh ahli kesehatan mental atau spesialis perkembangan saraf. Dalam kasus Messi, tidak ada bukti bahwa ia pernah menjalani evaluasi semacam itu.
Beberapa ahli juga mencatat bahwa perilaku seperti rutinitas ketat dan fokus ekstrem bukanlah ciri khas individu dalam spektrum autisme saja. Atlet elit di berbagai cabang olahraga sering menunjukkan pola serupa untuk mencapai performa terbaik.
Spekulasi tanpa dasar dapat menjadi masalah etis karena berpotensi melanggar privasi dan memperkuat stereotip.
Sebagai seorang figur publik, Messi memiliki hak untuk menjaga informasi pribadinya tanpa tekanan untuk mengungkapkan status medisnya.
Advokasi Messi untuk Anak Berkebutuhan Khusus
Terlepas dari rumor tersebut, Messi secara aktif mendukung anak-anak berkebutuhan khusus melalui yayasannya, Leo Messi FoundationYayasan ini telah membantu menyediakan akses pendidikan dan layanan kesehatan bagi anak-anak kurang mampu, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus.
Salah satu proyeknya adalah mendanai program rehabilitasi untuk anak-anak dengan gangguan perkembangan, yang menunjukkan empati Messi terhadap mereka yang membutuhkan bantuan.
Tindakannya menunjukkan dedikasi Messi untuk menciptakan perubahan positif tanpa harus mendiskusikan kondisi pribadinya. Alih-alih terfokus pada rumor, Messi memilih untuk memberikan dampak nyata melalui aktivitas filantropinya.
Rumor tentang Lionel Messi yang berada dalam spektrum autisme tetap tidak berdasar karena tidak ada diagnosis resmi yang mendukung klaim tersebut.
Sebagai seorang atlet dan ikon global, Messi menginspirasi dunia dengan dedikasi dan prestasinya, terlepas dari spekulasi mengenai kehidupan pribadinya.
Mengangkat isu autisme tanpa bukti yang valid dapat mengaburkan pemahaman publik tentang kondisi ini. Oleh karena itu, penting untuk mendiskusikan isu seperti autisme dengan penuh rasa hormat dan berdasarkan fakta.
Dengan pendekatan ini, kita dapat menciptakan pemahaman yang lebih baik dan inklusi bagi individu dengan kondisi neurodiversitas.
Baca Juga:
Raphinha Menyamai Messi di Barcelona: "Saya Tak Ingin Berhenti!"
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id