Richard bercerita, dirinya mulai dekat dengan bela diri menginjak masa remaja, khususnya cabor tinju. Terlebih, sang ayah Mula Jadi Tampubolon sempat menjabat sebagai Ketua Komisi Tinju Sumatera Selatan (Sumsel). Dari situ, Richard pun diarahkan untuk berlatih tinju.
Lelaki berdarah Batak kelahiran Jakarta, 24 Mei 1969, itu menilai bahwa bela diri mengajarkannya banyak hal. Tak hanya kekuatan fisik, ketangkasan, tetapi juga mental tak mudah menyerah dalam menghadapi segala rintangan dan strategi bertarung.
"Bela diri prinsipnya sama dengan tentara. Kalau di tentara ada namanya biltus (akronim mengambil keputusan). Kapan harus menyerang, kapan harus bertahan," kata Richard.
Keahlian bela dirinya makin terasah sejak masuk militer. Lulusan Akademi Militer (Akmil) 1992 itu menekuni beragam jenis bela diri, di antaranya silat dan karate. Setelah bergabung dalam Komando Pasukan Khusus (Kopassus), Richard makin mendalami bela diri jiu jitsu dan yong moo do.
Bela diri, menurutnya, sangat erat kaitannya dengan pembentukan karakter seorang prajurit. "Bela diri berarti bela bangsa," kata Wadanjen Kopassus periode 2017-2018 itu.
Di sisi lain, Richard juga kenyang akan tugas di berbagai operasi militer. Di antaranya, Operasi Timor-Timur, penanganan konflik di Ambon, Maluku, pembebasan sandera kelompok Abu Sayyaf (2016), dan penumpasan kelompok teroris Ali Kalora di Poso.
Berbekal pengalaman selama bertugas di Korps Baret Merah, membuatnya ingin terus membaktikan diri untuk negeri hingga dipercaya menjadi bagian dari tim Latihan Satlak Prima 2011. Saat itu, Richard diberi tugas untuk membentuk karakter para atlet, manajer serta tim pelatih untuk menghadapi SEA Games 2011, Jakarta-Palembang.
"Bersama tim Satlak Prima, kami menyusun kurikulum khusus dari pendidikan militer Kopassus untuk pembentukan karakter untuk atlet. Dari situ, akhirnya kami mengerti bahwa pembentukan karakter dan mental sangat penting bagi atlet saat menghadapi pertandingan," kata Panglima Komando Daerah Militer XVI/Pattimura 2021-2022.
"Banyak orang mengira atlet akan cedera karena dapat porsi latihan ala Kopassus. Tapi, terbukti zero accident," katanya sambil terkekeh.
Bahkan, selama SEA Games para atlet tampil lebih solid, mentalnya jauh lebih kuat, dan bertarung trengginas hingga detik terakhir. Indonesia pun akhirnya memastikan diri menjadi juara umum SEA Games XXVI dengan meraih 154 medali emas. Disusul Thailand di urutan kedua mengumpulkan 99 medali emas.
Pengalaman tersebut semakin membuka pikiran Richard bahwa membentuk atlet berprestasi tak melulu soal mengasah skill dan kekuatan fisik. Baginya, perencanaan matang, pembentukan karakter dan mental, serta dukungan sport science pun sangat penting.
"Seorang atlet dengan skill hebat sekali pun, ketika berpikir pesimistis sebelum bertanding, sesungguhnya dia sudah kalah saat itu juga," tutur Richard.
Menurutnya juga, terdapat organisasi dan kepengurusan solid di balik atlet berprestasi. Maka, syarat mutlak agar organisasi keolahragaan bisa terus menghasilkan prestasi bagi cabang olahraganya diperlukan pemimpin dengan dukungan kuat dari seluruh ekosistem di dalamnya.
"Misalnya, harus punya tim pelatih hebat, memiliki tim sport science termasuk dukungan tim medis dan masseur mumpuni. Selain itu, organisasi tersebut harus memiliki perencaan dan target yang terukur," ujar jenderal bintang tiga yang dikenal enerjik tersebut.
Saat ditanya apakah dirinya siap mengabdikan diri untuk mengembangkan organisasi di salah satu cabang olah raga? Richard menjawab diplomatis.
"Ketika saya dibutuhkan, saya siap," kata Richard sambil menambahkan bahwa dirinya bakal mencurahkan semua pengalaman dan kemampuan terbaik demi kemajuan prestasi para atlet.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id