Meski ia menyadari kalau tudingan tersebut hanya bercanda, namun Andhika memilih untuk memberikan edukasi tentang apa saja tugasnya selama di Tokyo.
"Pas gue ngupdate postingan perdana gue di Tokyo kemaren, ada yang komen gini; 'Yah, dokter jauh-jauh ke sono jadi tukang pijit'. Gue tahu sih itu bercanda, but let me tell you something," tulisnya di akun instagram @dhika.dr.
Andhika menegaskan kalau urusan pijat memijat merupakan tugas Sport Therapist Kontingen Indonesia. Hanya, di beberapa kesempatan, ia memang terlihat seperti memijat. Padahal sebenarnya Andhika sedang membantu atlet melakukan stretching sebelum dan setelah latihan.
"Anyway, ngapain dokter sampai ngurusin atlet stretching segala? Karena sebagai dokter olahraga, gue nggak mau cuma duduk manis nunggu ada yang sakit/cedera. Apalagi udah terbang jauh-jauh ke Jepang."
"Gue cuma mau maksimal kerja di lapangan, mendukung mereka yang gue kagumi, mereka yang bikin gue jadi dokter olahraga seperti sekarang," lanjutnya.
Selain itu, Andhika juga berpesan kepada semua orang untuk tidak meremehkan peran sport therapist yang bertugas memijat atlet. Menurutnya semua bagian memiliki tugas dan fungsi penting demi mengejar kesuksesan tim.
"Yang kedua, jangan underestimate peran 'tukang pijit'. Para atlet bisa main enak, karena rutin di-massage sama sport therapist kita setiap habis tanding. Jadi nggak ada bagian dalam kontingen yang diawali kata 'cuma'. Misalnya cuma tukang pijit, cuma driver, dll. Semuanya punya peran penting untuk kesuksesan tim," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News