Banyak hal yang saling berkaitan jika itu bakal terjadi. Tak cukup hanya tampil kompetitif saja. Pembuktiannya sudah terlihat di MotoGP 2016. Rossi dan Yamaha miliknya, bukannya tak kompetitif, namun Ia terlalu banyak mengalami masalah. Pembalap asal Italia itu juga terlalu banyak mengikuti strategi yang diaplikasi pembalap lain, sehingga mengabaikan strategi tim sendiri.
Jika berbicara tentang performa, Rossi mungkin salah satu pembalap 'tua' yang berada dalam kategori pengecualian. Lantaran Ia membalap dan masih cukup agresif setelah membalap di kejuaraan level dunia selama lebih dari 20 tahun. Tapi kompetitifitas rivalnya seperti Marc Marquez, Jorge Lorenzo hingga pendatang baru di timnya sendiri yaitu Maverick Vinales, adalah tantangan besar yang takkan mudah dilalui.
"Meraih titel juara dunia di MotoGP ini memang tak mudah. Konsistensi adalah kunci terbaiknya. Tidak banyak melakukan kesalahan hingga keberuntungan bakal selalu berjalan seiring. Jadi Anda harus konsisten, tidak melakukan kesalahan yang tak penting, dan harus selalu beruntung untuk meraih titel juara dunia. Marquez sudah menunjukkannya di musim 2016," klaim Rossi ketika melihat peluang meraih titel juara dunianya tertutup di MotoGP Jepang musim lalu.
Lain lagi dengan komentar mantan kepala mekaniknya, yaitu Jeremy Burgess. Pria tua asal Australia itu menegaskan bahwa Rossi harus agresif sejak sesi kualifikasi. Agar bisa tampil sangat kompetitif di sesi balapan.
"Tapi itu tak mudah. Usia yang sudah tergolong tua untuk seorang pembalap, berdampak terhadap refleks yang dimilikinya. Kini Ia tak selincah dulu, sehingga saat ada momentum kehilangan kontrol, Ia langsung jatuh. Beda dengan pembalap muda seperti Marquez yang masih tetap lincah dan bisa menghindari beberapa kali nyaris terjatuh.," pungkasnya.
Baca juga:
Honda dan Yamaha Puji Strategi Penyeragaman ECU MotoGP
Marquez Mulai Paham Pentingnya Strategi Juara Dunia
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News