Tapi Marc Marquez mengawali musim kompetisi 2016 dengan harapan berbeda. Ia mulai berpikir bahwa finish saja sudah cukup dengan performa motor yang tak kompetitif. Tapi dalam balapan, Ia masih terlihat sangat agresif dan mengendarai motornya lebih dari kapasitas dan kemampuan. Sehingga tak jarang Ia mengalami insiden terjatuh.
Saat menjalani balapan di MotoGP Le Mans, Perancis 2016, Ia disadarkan oleh kru timnya dan mulai menerapkan gaya balap yang mengakomodasi strategi untuk meraih titel juara dunia. Bukannya malah menggunakan strategi agresif di setiap balapan dan memaksakan performa motor di luar batas kemampuannya.
"Sebelumnya, saya selalu balapan dan menganggap bahwa setiap seri adalah seri terakhir. Setiap seri, kemenangan adalah hal mutlak bagiku dan melupakan bahwa ada hal penting yaitu kejuaraan itu sendiri. Tapi sekarang saya mulai paham, bahwa setiap seri di ajang balap ini hanya bagian kecil untuk meraih kemenangan di akhir musim," ungkap Marquez.
Setelah melihat kekuatan strategi seperti yang dikatakan timnya, Marquez pun mulai mengubah gaya dan pemikirannya tentang dunia balap ini. Ia mulai kompromi jika harus kalah di sebuah sirkuit dan tak memaksakan meraih kemenangan jika paket motornya memang tak bisa mencapai itu.
Baca juga:
Performa KTM Masih Misteri di MotoGP
Tanpa Sayap, Ducati Lebih Sulit Dikendalikan
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News