Momen bersejarah itu tersaji tatkala Benzina melakoni sesi latihan bersama Timnas Wanita Maroko jelang laga melawan Jerman di laga perdana Grup H (24/7). Benzina melakoni sesi latihan di Stadion Melbourne Rectangular dengan mengenakan hijab.
Nouhaila Benzina (25 tahun) memang tidak dimainkan pelatih ketika Maroko dihancurkan Jerman 0-6. Namun, kehadirannya dengan mengenakan hijab di lapangan sudah menjadi sejarah tersendiri di kategori sepak bola wanita dunia level senior. Ia jadi satu-satunya pemain yang mengenakan hijab dari total 736 pemain yang berpartisipasi di Piala Dunia Wanita 2023.
Beberapa penonton yang hadir di stadion pun cukup memberikan apresiasi dan berharap kemunculan Nouhaila Benzina dengan hijab di Piala Dunia Wanita 2023, bisa memberikan dampak besar bagi olahraga sepak bola wanita di dunia, khususnya buat para pemain muslim.
Co-founder komunitas wanita muslim dalam jaringan olahraga, Assmaah Helal mengatakan, "Para wanita muda (berhijab)akan melihat Benzina dan berpikir 'itu bisa jadi saya yang ada di situ.'"
"Juga pembuat kebijakan, pembuat keputusan, administrator akan berkata, 'Kita perlu berbuat lebih banyak di negara kita untuk menciptakan ruang yang menerima dan terbuka serta inklusif bagi perempuan dan anak perempuan untuk berpartisipasi dalam permainan (sepak bola).'”
Sejarah Larangan Penggunaan Hijab di Sepak Bola
Hijab dan olahraga khususnya sepak bola memang memiliki sejarah yang rumit. Pada tahun 2007 silam, seorang wasit sepak bola melarang seorang gadis Kanada berusia 11 tahun mengenakan hijab dalam sebuah pertandingan.
Akibat insiden tersebut, induk sepak bola dunia FIFA akhirnya melarang penggunaan penutup kepala, termasuk hijab dalam pertandingan sepak bola. FIFA beralasan, pelarangan penggunaan penutup kepala (hijab) yang hingga menutupi leher, karena faktor "kesehatan dan keselamatan" pemain - terkait potensi pemain tersedak.
Pelarangan ini kemudian mendapat reaksi keras dari berbagai kalangan, salah satunya aktivis. Mereka kemudian melakukan sejumlah gerakan untuk membatalkan larangan tersebut.
Pada 2012, FIFA akhirnya melunak dan mengumumkan masa percobaan dua tahun untuk Konfederasi Sepak Bola Asia yang memungkinkan pemain memakai penutup kepala atau hijab (tetapi tidak untuk Piala Dunia tingkat senior).
Pada 2014, FIFA akhirnya mencabut larangan tersebut dan memperbolehkan para pemain wanita menggunakan penutup kepala, termasuk hijab dalam pertandingan sepak bola, termasuk di pentas Piala Dunia Wanita.
Namun, tidak semua negara maupun federasi sepak bola mengikuti hal tersebut. Salah satunya Federasi Sepak Bola Prancis (FFF). Mereka melarang para pemain wanita menggunakan penutup kepada atau hijab dalam pertandingan.
Alhasil, para pemain wanita yang berhijab tidak bisa tampil di Piala Dunia 2019 karena digelar di Prancis.
Di tengah desakan banyak pihak untuk mencabut aturan tersebut, FFF masih tetap teguh dengan keputusannya itu. Terbaru, beberapa minggu lalu pengadilan di Prancis juga memberikan dukungan terhadap kebijakan FFF yang melarang pesepakbola wanita menggunakan hijab saat tampil di pertandingan. (huffpost)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News