Suasana laga timnas Indonesia U-22 vs Myanmar di SEA Games 2025. (Foto: Instagram resmi timnas Indonesia)
Suasana laga timnas Indonesia U-22 vs Myanmar di SEA Games 2025. (Foto: Instagram resmi timnas Indonesia)

SEA Games 2025

Timnas U-22 Gagal di SEA Games 2025, Pengamat Kritik Peran Zainuddin Amali

Kautsar Halim • 14 Desember 2025 19:55
Jakarta: Kegagalan timnas Indonesia U-22 mempertahankan medali emas SEA Games 2025 dinilai bukan sekadar hasil buruk di lapangan, melainkan cermin dari persoalan mendasar dalam tata kelola dan pengambilan kebijakan. Hal ini disimpulkan oleh Akmal Marhali selaku pengamat sepak bola dan pendiri Save Our Soccer (SOS).
 
Akmal Marhali menilai kegagalan ini harus menjadi momentum evaluasi total, termasuk terhadap penanggung jawab timnas U-22, Zainuddin Amali, yang sejak awal mengusung target emas dan menunjuk Indra Sjafri sebagai pelatih. Padahal, Amali sempat mengakui bahwa persiapan timnas U-22 sangat minim.
 
Apa yang disampaikan Akmal tersebut juga sejalan dengan unggahan Instagram anggota Exco PSSI, Arya Sinuligga, yang menuliskan "minta maaf, urusan timnas sepak bola putra untuk SEA Games, saya tidak mengerti (silakan tanya yang mengerti)". Dengan begitu, urusan timnas U-22 di bawah kendali Zainuddin Amali. 

Akmal mengingatkan, kegagalan kali ini mencatat sejarah kelam. Sebab, menjadi pertama kalinya Indonesia gagal lolos ke semifinal cabor sepak bola putra SEA Games sejak 2009, atau yang keenam kalinya sejak berpartisipasi perdana pada 1977. Menariknya, dari enam kegagalan tersebut, tiga di antaranya terjadi saat Thailand menjadi tuan rumah (1985, 2007, 2025). 
 
"Ini bukan sekadar kalah biasa. Ini alarm keras," ucap Akmal saat dihubungi wartawan, Minggu (14/12/2025).
 

Baca juga: Timnas U-22 Layak Tersingkir di SEA Games 2025


Dari sisi kepelatihan, Akmal menyebut kegagalan ini sebagai fase terburuk Indra Sjafri di SEA Games. Setelah meraih perak pada 2019 dan emas pada 2023, Indra kini harus menerima kenyataan pahit tersingkir di fase grup. Padahal, rekam jejaknya di level usia terbilang gemilang, mulai dari menjuarai Piala AFF U-19 2013 hingga menyabet emas SEA Games 2023.
 
"Setiap orang ada zamannya. Kini, sepertinya kita memasuki era kegelapan bagi Indra Sjafri setelah sekian lama penuh bintang prestasi," ujar Akmal.
 
Namun Akmal menegaskan, evaluasi tidak boleh berhenti pada pelatih. Ia menyoroti pengakuan Zainuddin Amali yang menyebutkan bahwa persiapan timnas U-22 menuju SEA Games 2025 hanya beberapa bulan, jauh dibandingkan SEA Games 2023 yang dibangun lewat proses hampir tiga tahun. 
 
"Target emas dicanangkan, tapi fondasi persiapannya jauh dari ideal. Ini kontradiksi kebijakan yang harus dipertanggungjawabkan," kata Akmal.
 
Akmal sendiri menyadari, fluktuasi prestasi adalah hal yang wajar dalam sepak bola, terlebih bagi negara berkembang seperti Indonesia. Bahkan, negara besar seperti Italia pun bisa gagal lolos Piala Dunia berturut-turut. Namun, evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh dan jujur, bukan defensif. 
 
"Evaluasi bukan hanya mengganti pelatih, tapi membangun kembali fondasi yang roboh agar lebih kokoh," ujarnya.
 
Demi menemukan akar masalah, Akmal lantas mendorong evaluasi menyeluruh dilakukan mulai dari pelatih, pemain, manajer, hingga penanggung jawab tim. Kemudian, Akmal juga menekankan pentingnya konsistensi filosofi sepak bola Indonesia sesuai road map 2045 menuju Golden Era, agar arah pembangunan timnas tidak berubah-ubah setiap kali pelatih berganti.
 
"Sekarang waktunya berbenah dan mengambil hikmah. Habis gelap, terbitlah terang. Tapi terang itu hanya datang jika kita berani jujur dan bertanggung jawab," tutup Akmal.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(KAH)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan