Tergabung dalam Grup B cabor sepak bola putra SEA Games 2025, timnas U-22 gagal ke fase gugur atau semifinal lantaran finis kedua di klasemen akhir fase grup, begitu juga di klasemen runner-up terbaik.
Itu terjadi karena Indonesia hanya mampu mengumpulkan 3 poin setelah kalah dari Filipina (0-1) dan menang atas Myanmar (3-1). Padahal jika mampu menambah satu gol ketika menghadapi Myanmar, timnas U-22 bisa lolos lewat jalur runner-up terbaik dan menggantikan Malaysia.
Baca juga: Timnas U-22 Tersingkir di SEA Games, Zainudin Amali Harus Bertanggung Jawab
Sejatinya, kekalahan tipis dari Filipina di laga pertama Grup C sudah sangat disayangkan karena Indonesia berstatus sebagai juara bertahan dan Filipina pun belum pernah menang ketika bentrok dengan Indonesia. Kemudian, hasil pertandingan itu langsung memperkecil peluang ke semifinal.
"Indonesia pantas tersingkir dari arena SEA Games 2025 karena penampilan mereka tidak seperti yang diharapkan. Kekalahan dari Filipina di laga pertama seakan menjadi pertanda timnas U-22 akan menjalani medan terjal. Sebab, nasibnya bergantung pada hasil tim di grup lain dan harus menang dengan skor tertentu pada laga kedua," ujar Kesit setelah dihubungi medcom.id, Sabtu (13/12/2025).
Usai kalah dari Filipina, peluang ke semifinal menciut karena timnas U-22 mesti berharap laga pamungkas Grup C antara Vietnam vs Malaysia tidak berakhir imbang, dan mereka pun wajib menang minimal dengan jarak tiga gol ketika jumpa Myanmar. Tapi, sekalipun Vietnam menang atas Malaysia (2-0), Indonesia tetap gagal lolos lewat jalur peringkat dua terbaik karena kalah selisih gol dengan Malaysia.
Sejatinya, asa timnas U-22 untuk menjadi runner-up terbaik terbuka cukup lebar karena Myanmar bukan tim unggulan dan sering dikalahkan pada pertemuan sebelumnya. Namun, timnas U-22 malah kebobolan lebih dulu dan hanya mampu menang dengan skor 3-1. Padahal jika bisa menambah satu gol, Indonesia bisa menyalip Malaysia yang memuncaki klasemen tim peringkat dua terbaik.
Di laga kedua Grup C, Myanmar sempat unggul lebih dulu lewat gol Oo Min Maw pada menit ke-29. Setelah itu, Indonesia baru mulai menyamakan kedudukan pada menit ke-45 dan mencetak dua gol pembalik keadaan pada pengujung laga (89', 90+6) lewat aksi Jens Raven yang baru dimainkan pada menit ke-69.
"Seperti saat lawan Filipina, Indonesia juga tampil tanpa skema permainan yang jelas ketika melawan Myanmar. Tetap miskin kreasi ketika menemui jalan buntu karena lawan ternyata tampil baik" tutur Kesit.
"Kemudian, dimasukkannya Jens Raven bisa saja dibilang terlambat. Setelah pemain itu mecetak brace, waktunya malah tak cukup. Itu sekaligus menandakan coach Indra Sjafri tak jeli menerapkan strategi, serta lamban dalam mengambil keputusan pergantian. Tim ini tak sebaik tim di SEA Games 2023," imbuhnya.

Selain performa para pemain yang tak seusai harapan, Kesit juga menilai kegagalan timnas U-22 terjadi karena pergantian pelatih yang mendadak. Seperti diketahui, PSSI baru menunjuk Indra Sjafri beberapa bulan sebelum SEA Games 2025 bergulir untuk menggantikan Gerald Vanenburg yang dipecat sebagai pelatih timnas U-23 atau U-22.
"Suka atau tidak suka, perubahan pelatih kepala di saat tim sudah jalan dengan programnya akan berdampak. Salah satunya, tim harus beradaptasi lagi dengan pola yang dibawa pelatih baru," papar Kesit.
"Para pemain U-22 ini kan rata-rata bermain di Liga 1, jadi secara indvidu tak perlu dirisaukan. Harapannya, mereka bisa bermain reguler di klubnya masing-masing," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News