Achmad Budiharto selaku Sekjen PBSI.
Achmad Budiharto selaku Sekjen PBSI.

Polemik Aturan Servis Baru BWF

PBSI Kritisi Aturan Servis Baru di All England 2018

Kautsar Halim • 15 Maret 2018 12:59
Birmingham: PBSI memberi masukan soal peraturan servis baru dalam manager meeting All England 2018 di Birmingham, Inggris. Itu dilakukan agar seluru dianggap merugikan pemain.
 
Peraturan baru menyebutkan bahwa tiap pemain harus melakukan servis dengan batas ketinggian 115 cm dari permukaan tanah. Jika melakukan kesalahan, maka poin akan diberikan kepada lawan.
 
Aturan servis itu pertamakali digunakan lewat ajang German Open 2018 pada pekan lalu. Sejumlah pemain Indonesia banyak yang dianggap melakukan fault dan bahkan ada yang lebih dari sepuluh kali dalam satu game.


Klik: Marcus/Kevin Menangi Perang Saudara atas Angga/Rian


Situasi tersebut tentu berpengaruh bagi penampilan pemain, khususnya dalam segi psikologis. Biasanya mereka akan kecewa karena poinnya diberikan kepada lawan lewat kesalahan yang tidak pasti.

Dikatakan tidak pasti karena penilaian servis itu hanya melalu mata atau sudut pandang hakim servis saja. Jadi, tidak ada alat sensor seperti layaknya teknologi hawk eye yang bisa memastikan titik jatuhnya shuttlecock.
 
“Ada dua hal yang kami sampaikan. Pertama, aturan ini rasanya jadi aneh karena tidak ada konsistensi. Contohnya, ada yang dari babak awal tidak di-fault, tiba-tiba di final di-fault sampai lima kali. Kalau memang salah, harusnya dari awal,” kata Achmad Budiharto selaku Sekjen PBSI.
 
“Kedua, beberapa pemain kelas dunia bisa fault servisnya lebih dari lima kali. Pasti, ini ada yang salah. Tindakan kami didukung oleh tim negara lain yang mengalami nasib serupa. Tapi ini sekadar masukan saja. Apa yang sudah terjadi di German Open tidak bisa diulang. Kami hanya  mengantisipasi agar tidak terjadi hal yang sama di All England," tambahnya seperti tertuang dalam rilis Humas PBSI.


Klik: Sempat Tertinggal, Fitriani Akhirnya Melangkah ke Babak Kedua


“Ada usulan dari beberapa negara untuk menggunakan teknologi, misalnya sinar infra merah, supaya menghindari faktor bias. Masukan ini ditampung oleh penyelenggara turnamen, dan akan dijadikan bahan briefing di turnamen ini,” lanjut Budiharto.
 
Berdasarkan catatan tim ofisial, para pebulu tangkis Indonesia banyak yang salah melakukan servis di German Open 2018. Namun, kesalahan paling banyak dialami oleh Melati Daeva Oktavianti yang tampil di nomor ganda campuran. Jika ditotal, terdapat 18 servisnya yang dinyatakan fault.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(KAU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan