KONVENSI Partai Demokrat yang sudah berlangsung delapan bulan hari Jumat diumumkan hasilnya. Hasil survei yang dilakukan tiga lembaga menetapkan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan sebagai calon presiden dari Partai Demokrat yang paling populer di mata masyarakat.
Lalu apakah Dahlan Iskan akan diajukan Partai Demokrat dalam Pemilihan Presiden 9 Juli mendatang? Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa kader partainya harus tahu diri. Sepertinya rakyat lebih menghendaki calon presiden dari partai lain untuk mereka pilih tanggal 9 Juli mendatang.
Dasar pertimbangannya adalah perolehan suara Partai Demokrat pada pemilihan legislatif lalu yang hanya sekitar 10 persen saja. Elektabilitas para calon presiden dari partai lain juga jauh lebih tinggi dari pemenang konvensi Partai Demokrat.
Pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat itu mengindikasikan bahwa pihaknya tidak akan mendorong pemenang konvensi untuk maju sebagai calon presiden maupun calon wakil presiden. Hanya saja di sisi lain, ia menyampaikan bahwa dirinya akan mendengar masukan dari para pengurus partai pada rapat pimpinan nasional tanggal 18 Mei sebelum mengambil langkah politik.
Sikap yang disampaikan Yudhoyono diterima para peserta konvensi sebagai pernyataan bahwa Partai Demokrat tidak akan mengusung calonnya pada pemilihan presiden nanti. Dahlan Iskan mengibaratkan kemenangannya dalam konvensi seperti hadiah coklat yang tidak bisa dimakan.
Dahlan dan sepuluh konvensi lainnya secara terbuka menerima dengan lapang dada apa pun keputusan yang diambil Partai Demokrat. Namun tidak bisa ditutupi kekecewaan yang dirasakan para peserta konvensi yang sudah mencurahkan tenaga, pikiran, dan juga materi yang tidak sedikit.
Sejak awal kita melihat bahwa konsep konvensi yang digagas Partai Demokrat tidak berangkat dari sebuah perencanaan yang matang. Ide itu muncul saat Presiden Yudhoyono bertemu para pemimpin redaksi di kediaman Menteri Perindustrian Mohammad Sulaiman Hidayat.
Kalau saja konsepnya matang, seharusnya ada tahapan pengurangan jumlah peserta. Namun panitia Komite Konvensi Partai Demokrat tidak berani mengeliminir, sehingga jumlahnya tidak mengerucut menjadi lebih sedikit.
Dengan jumlah yang tetap 11 orang, sulit bagi mereka untuk menyampaikan konsep pemikirannya secara utuh. Padahal setiap kali debat dilakukan waktu yang tersedia sangatlah terbatas dan frekuensi ajang debat pun jumlahnya terbatas pula.
Pihak Komite Konvensi sempat berharap agar para peserta bisa mengukur dirinya sendiri. Apabila memang merasa bahwa dukungannya tidak pernah bertambah, mereka dengan sukarela diharapkan mundur dari pertarungan. Namun tidak adanya tolok ukur yang jelas membuat tidak ada satu pun peserta yang mau mundur di tengah jalan.
Tanda-tanda bahwa konvensi tidak serius untuk mendorong pemenang maju dalam pemilihan presiden terasa dari waktu penetapan hasil konvensi. Kalau konvensi benar-benar dijadikan alat untuk menyeleksi calon presiden Partai Demokrat terkuat, seharusnya pengumumannya dilakukan sebelum pemilihan legislatif dilaksanakan. Dengan itulah sekaligus bisa diukur apakah calon Partai Demokrat itu bisa diterima masyarakat atau tidak?
Sekarang seharusnya Partai Demokrat bisa lebih tegas dengan sikapnya. Kalau memang tidak akan memajukan pemenang konvensi dalam pemilihan presiden nanti, harus disampaikan secara jelas. Jangan terus memberikan angin surga kepada pemenang konvensi.
Sebab tidaklah mungkin keputusan itu ditunda hingga tanggal 18 Mei. Kalau akhirnya pun diputuskan akan maju, maka waktu yang dimiliki untuk menggalang koalisi hanya tinggal dua hari saja. Seperti dikatakan Yudhoyono sendiri, tidaklah mungkin koalisi dilakukan dengan terburu-buru karena memimpin negara sangat berbeda dengan memimpin perusahaan.
Sebagai Ketua Majelis Tinggi yang mempunyai kata akhir, sikap Partai Demokrat sepenuhnya berada di tangan Yudhoyono. Hanya saja karena Ketua Umum Partai Demokrat itu tidak berani berkata yang sejujurnya, maka semua orang akhirnya tidak berani bersikap.
Kalau saja Yudhoyono konsekuen dengan pernyataannya bahwa rakyat lebih mempercayai calon presiden dari partai lain, Partai Demokrat seharusnya sudah mengambil sikap untuk tidak mengusung calon pada pemilihan presiden nanti. Pilihannya lalu tinggal bergabung dengan partainya yang sudah mengusung calonnya atau memutuskan berada di luar pemerintahan.
Pada akhirnya berpolitik adalah bersikap. Sikap politik itu harus bertumpu kepada akal sehat. Bahkan selalu dikatakan oleh Yudhoyono sendiri bahwa berpolitik harus mengacu kepada perbaikan kehidupan bangsa dan negara.
Sekarang tinggal dirumuskan saja apa yang dimaksud dengan ikut serta memperbaiki kehidupan bangsa dan negara itu? Kasihan para peserta konvensi yang terus diberi harapan, padahal tahu harapan itu tidak pernah bisa direalisasikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
