TERORIS belum juga habis dari negeri ini. Mereka kembali menebar teror, tetapi harus lantang kita suarakan bahwa Indonesia tak akan pernah takut, apalagi takluk, menghadapi orang-orang biadab seperti itu. Tidak ada dalam kamus apa pun bahwa kita boleh menyerah kalah melawan teroris. Lama tak terdengar, teroris unjuk kebiadaban lagi, kemarin. Mereka beraksi di jantung Ibu Kota, tepatnya di Jalan MH Thamrin, yang tak terlalu jauh dari Istana Merdeka.
Warga Jakarta yang dalam enam tahun terakhir terbebas dari ancaman teroris sejak bom mengguncang Hotel Ritz-Carlton dan JW Marriott pada Juli 2009, kini kembali hidup di bawah bayangan teror. Teror kali ini berbeda ketimbang aksi-aksi sebelumnya. Mereka lebih berani, juga lebih brutal dalam beraksi. Mirip dengan teror Paris, Prancis, yang merenggut 120 nyawa manusia pada November tahun lalu, pelaku teror Thamrin tak cuma meledakkan bom, tetapi juga menyerang dengan senjata api dan granat.
Dengan tenang pelaku menembak sejumlah polisi dan warga di jalan raya. Pos polisi di depan pusat perbelanjaan Sarinah tidak lepas pula dari serangan bom yang menyebabkan seorang polisi dan satu warga sipil menjadi korban. Dari areal Gedung Skyline, pelaku menyerang dengan senjata api hingga terjadi baku tembak dengan aparat. Ketika terdesak, mereka tanpa ragu meledakkan diri.
Insiden tersebut memakan korban tak kurang dari 27 orang. Di antara korban itu terdapat 5 pelaku dan 2 warga sipil tewas. Dari aparat, lima polisi menderita luka berat. Kita mengutuk sekeras-kerasnya aksi biadab tersebut. Kita juga menyampaikan empati sebesar-besarnya kepada korban dari warga sipil ataupun aparat. Kita pun mengapungkan harapan setinggi-tingginya kepada seluruh pihak berwenang untuk membongkar tuntas jaringan pelaku dan memastikan mereka tak luput dari jerat hukum.
Tragedi Thamrin ialah kado yang menyesakkan dada bangsa ini di awal 2016. Yang lebih menyesakkan, insiden itu tetap terjadi meski aparat sebelumnya sudah mendapatkan peringatan dari gerombolan teroris IS bahwa mereka akan melakukan 'konser' di Indonesia. Memang tak gampang bagi siapa pun untuk mendeteksi secara pasti kapan dan di mana teroris akan unjuk kekejaman, tetapi bisa kita katakan aparat kecolongan kali ini.
Amat jelas bahwa teroris masih menjadi ancaman bangsa yang pantang dipandang ringan. Pemilihan Jalan Thamrin sebagai sasaran teror pun merupakan pesan yang ingin disampaikan kepada dunia bahwa teroris yang berafiliasi dengan IS kini eksis di Indonesia. Mereka seperti ingin menggiring Indonesia dalam ketakutan. Teror oleh siapa pun, di mana pun, dan dengan cara apa pun memang menakutkan, tetapi kita tak boleh takut.
Kita harus menjadikan tragedi Thamrin sebagai pemicu untuk meningkatkan kewaspadaan, bukan sebagai alasan untuk tenggelam dalam ketakutan. Ketika kita disandera ketakutan, di situlah teroris memperoleh kemenangan. Kita harus berani karena hanya keberanianlah yang bisa mencundangi terorisme. Dipandang dari sudut mana pun, aksi teror sama sekali tak bisa dibenarkan. Apa pun alasannya, aksi teror berlawanan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan.
Ia bertolak belakang dengan keadaban. Ia bentuk perilaku primitif yang harus dilawan dengan segenap daya dan upaya. Sebagai negara beradab, Republik ini tak boleh menyerah kalah dari teroris yang jelas-jelas tak beradab. Tindakan tegas terhadap teroris mesti terus dilakukan. Upaya deradikalisasi agar tak ada lagi anak bangsa yang terjerumus ke organisasi sesat pun harus lebih digencarkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
