Jakarta: Wakil Ketua Umum DPP PAN Viva Yoga Mauladi menerangkan adanya istilah-istilah, seperti cebong, kampret, kadrun, nasrun, menyebabkan politik menjadi pengap. Menurut dia, sebutan ini tidak sehat dan tidak mencerdaskan kehidupan bangsa.
"Istilah tersebut adalah bentuk framing media yang destruktif dan menjadi racun yang mengotori otak dan pemikiran masyarakat Indonesia," kata dia dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 11 Oktober 2022.
Viva Yoga menyebut, hal itu akan menyebabkan kompetisi elektoral di pilpres mengarah ke zero sum game. Artinya kompetisi ini hanya akan menghadirkan yang menang jadi arang, kalah jadi abu.
Istilah negatif, kata Viva Yoga, akan mempertebal penggunaan identitas agama dimasukkan ke dalam turbulensi politik demi peningkatan elektoral. Dampaknya tentu menjadi tidak akan baik bagi demokrasi.
Menurutnya, memilih itu hak asasi. Viva menegaskan bahwa dasar pilihan karena kesamaan asali (primordial) berdasarkan suku, agama, ras, etnis, atau budaya adalah hak politik warga yang dijamin oleh konstitusi.
"Tetapi jangan memasukkan perbedaan primordial itu untuk alat politik dalam rangka menjelekkan, memfitnah, hate speech dari figur tertentu untuk tujuan meningkatkan elektoral," tegasnya.
Maka, Viva menegaskan PAN menentang dan menolak gaya dan cara politik identitas seperti ini. "Sebagaimana sikap Zulkifli Hasan Ketua Umum PAN bahwa politik adalah jalan mulia untuk meningkatkan kemakmuran rakyat dan mencerdas kehidupan bangsa. Jangan dikotori dengan sikap yang merusak integrasi nasional," ujarnya.
Viva Yoga melalui PAN mengajak masyarakat untuk berpolitik melalui pertarungan ide, gagasan, dan pemikiran tentang memajukan peradaban Indonesia ke depan. Ia berharap ajang pertarungan pilpres 2024 nantinya sebagai pertandingan persahabatan, yang menyenangkan, menggembirakan, dan mencerdaskan.
Jakarta: Wakil Ketua Umum DPP
PAN Viva Yoga Mauladi menerangkan adanya istilah-istilah, seperti cebong, kampret, kadrun, nasrun, menyebabkan
politik menjadi pengap. Menurut dia, sebutan ini tidak sehat dan tidak mencerdaskan kehidupan bangsa.
"Istilah tersebut adalah bentuk
framing media yang destruktif dan menjadi racun yang mengotori otak dan pemikiran masyarakat Indonesia," kata dia dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 11 Oktober 2022.
Viva Yoga menyebut, hal itu akan menyebabkan kompetisi elektoral di
pilpres mengarah ke
zero sum game. Artinya kompetisi ini hanya akan menghadirkan yang menang jadi arang, kalah jadi abu.
Istilah negatif, kata Viva Yoga, akan mempertebal penggunaan identitas agama dimasukkan ke dalam turbulensi politik demi peningkatan elektoral. Dampaknya tentu menjadi tidak akan baik bagi demokrasi.
Menurutnya, memilih itu hak asasi. Viva menegaskan bahwa dasar pilihan karena kesamaan asali (primordial) berdasarkan suku, agama, ras, etnis, atau budaya adalah hak politik warga yang dijamin oleh konstitusi.
"Tetapi jangan memasukkan perbedaan primordial itu untuk alat politik dalam rangka menjelekkan, memfitnah,
hate speech dari figur tertentu untuk tujuan meningkatkan elektoral," tegasnya.
Maka, Viva menegaskan PAN menentang dan menolak gaya dan cara politik identitas seperti ini. "Sebagaimana sikap Zulkifli Hasan Ketua Umum PAN bahwa politik adalah jalan mulia untuk meningkatkan kemakmuran rakyat dan mencerdas kehidupan bangsa. Jangan dikotori dengan sikap yang merusak integrasi nasional," ujarnya.
Viva Yoga melalui PAN mengajak masyarakat untuk berpolitik melalui pertarungan ide, gagasan, dan pemikiran tentang memajukan peradaban Indonesia ke depan. Ia berharap ajang pertarungan pilpres 2024 nantinya sebagai pertandingan persahabatan, yang menyenangkan, menggembirakan, dan mencerdaskan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(END)