Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK)--Metrotvnews.com/Dheri Agriesta
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK)--Metrotvnews.com/Dheri Agriesta

Kalla Jelaskan Kesulitan Damaikan Konflik Filipina Selatan

Dheri Agriesta • 05 Juni 2017 13:57
medcom.id, Jakarta: Militer Filipina terus menggempur kelompok militan Maute yang menduduki Kota Marawi di Pulau Mindanao. Wakil Presiden Jusuf Kalla membeberkan alasan sulitnya mendamaikan konflik di Filipina Selatan.
 
"Itu kan sebenarnya masalah lama, ada dua kesulitan di Filipina menurut saya, pertama di sana terlalu banyak faksi," kata Kalla di Jepang, Senin 5 Mei 2017.
 
Kalla menyebut, setidaknya ada empat faksi yang saat ini aktif di Filipina, MNIF, MILF, paham komunis, dan kelompok militan Abu Sayyaf. Hal ini mempersulit perdamaian, karena harus merangkul banyak pihak.

Selain itu, faktor peredaran senjata juga menjadi masalah lain. Kalla menyebutkan, terlalu banyak senjata yang beredar di publik sehingga menyulitkan upaya gencatan senjata.
 
Baca: 22 WNI Terduga Teroris Masih di Filipina
 
Apalagi, masyarakat Filipina Selatan sejak dulu terkenal memiliki watak yang keras. Kelompok militan bisa bertahan di sana karena mereka telah menjadikan penawanan dan tebusan sebagai mata pencaharian.
 
"Tapi, (Presiden Filipina Rodrigo Duterte) Duterte ini kelihatan tegas, jadi kita harap ya, yang penting dia konsisten," jelas Kalla.
 
Pemerintah Filipina meyakini konflik yang melanda Marawi mendapatkan dukungan kekuatan dari kelompok Islamic State (ISIS). Selama ini kelompok Maute menguasai sebagian wilayah Marawi.
 

 
Pemerintah menilai, kelompok itu tidak mungkin akan tetap bertahan jika tidak didukung ISIS. Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengatakan pasukan pemerintah masih mengejar 250 anggota terus yang menguasai Marawi. Sementara pertempuran sendiri sudah mencapai belasan hari.
 
Namun Lorenzana memberikan jaminan kepada warga bahwa pasukan pemerintah akan berupaya sekuat mungkin, untuk mengisolir mereka di Mindanao. Hal ini dilakukan agar pergerakan mereka tidak menyebar.
 
Pada Kamis 1 Juni, Presiden Rodrigo Duterte mengatakan bahwa situasi di Mindanao murni rencana dari ISIS. Menurutnya, serangan ini tentunya sudah direncanakan bukan dilakukan tiba-tiba.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan