Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan. Foto: MTVN/Githa Farahdina
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan. Foto: MTVN/Githa Farahdina

Aher Ingin Hutan Masyarakat Ditanami Kopi

Yogi Bayu Aji • 21 Desember 2016 18:38
medcom.id, Jakarta: Gubernur Jawa Barat Ahmad 'Aher' Heryawan mengapresiasi langkah Pemerintah Pusat yang ingin merehabilitasi sub daerah aliran sungai (DAS) di wilayahnya. Dia juga mengimbau masyarakat berkontribusi dengan memilih menanam kopi dibanding sayur di hutan masyakarat.
 
"Secara ekonomi lebih besar dari pada sayur-sayuran. Karena apa? Tanaman kopi sudah bagus harganya," kata Aher di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Mereka Selatan, Rabu (21/12/2016).
 
Menurut dia, kopi terbaik di dunia berasal dari Tanah Pasundan. Harganya, kata dia, sangat mahal sehingga secara ekonomi menguntungkan petani.
 
Politikus Partai Keadilan Sejahtera itu menerangkan, waktu panen kopi juga relatif cepat. Bila dulu dibutuhkan tiga tahun untuk kopi berbuah, saat ini hanya perlu satu tahun.
 
Secara konservasi, katanya, kopi bisa menghijaukan hutan kembali. "Jadi hutan tetap hijau dan masyarakat tetap bisa mencari nafkah, bisa mencari makan dari hijaunya hutan tersebut," kata Aher.
 
Aher megatakan, kendala yang saat ini dihadapi adalah, selama ini hutan masyarakat ditanami sayur-sayuran semusim, seperti kol, cabai, dan tomat. Secara ekonomi bagus, tetapi erosinya dahsyat.
 
"Kalau mereka menamam sayur di lahan datar enggak masalah, tapi ketika mereka menanam di lahan miring menjadi masalah. Kita akan sosialisasi dengan masyarakat agar menanam kopi di sela-sela sayuran," ujarnya.
 
Penanaman sayur membuat penipisan vegetasi dan hampir tidak ada hutan di sub daerah aliran sungai (DAS). Akibatnya rawan terjadi banjir bandang.
 
Banjir bandang menerjang daerah Bayongbong, Tarogong Kidul, Tarogong Kaler, Banyuresmi, Karangpawitan, Kabupaten Garut, pada 21 September.
 
Banjir terjadi akibat hujan deras selama dua hari, yang menyebabkan air Sungai Cimanuk dan Sungai Cikamuri meluap. Ketinggian banjir mencapai 1,5 meter hingga 2 meter.
 
Akibatnya, ribuan rumah warga hanyut dan rusak berat akibat diterjang material longsor yang terbawa oleh aliran banjir. Selain menghancurkan rumah warga, banjir bandang juga menggenangi Rumah Sakit Umum Daerah dr Slamet. Saat itu jumlah pengungsi mencapai 1.000 orang, 16 orang meninggal dan 15 orang dinyatakan hilang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan