Jakarta: Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut penaikan harga BBM subsidi dan nonsubsidi jenis Pertamax akan berkontribusi pada lonjakan inflasi hingga 1,8 persen. Dengan tambahan itu, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memproyeksikan tingkat inflasi tahun ini bisa menyentuh 6,8 persen.
"Memang momok semua negara itu pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Berapa pertumbuhan inflasi akibat penyesuaian subsidi BBM yang sudah kita umumkan minggu lalu. Hitung-hitungan dari menteri-menteri akan naik di 1,8 persen," ujar Jokowi dalam Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Jakarta, Rabu, 7 September 2022.
Kepala Negara percaya dengan angka itu laju inflasi akibat penaikan BBM bisa ditekan lebih rendah lagi. Syaratnya, semua pihak mulai dari pemerintah pusat dan daerah harus bekerja secara luar biasa untuk melakukan berbagai terobosan.
"Angka 1,8 persen itu muncul kalau kita diam. Saya tidak mau diam. Kita harus intervensi. Intervensi lewat apa? Daerah harus bergerak seperti saat menangani covid-19 kemarin," kata Jokowi.
Jokowi meminta pemerintah kabupaten, kota, dan provinsi memanfaatkan sebesar 2 persen dari DAU untuk keperluan bantuan sosial dan belanja tidak terduga. "Belanja tidak terduga bisa untuk mengatasi inflasi dengan cara apa? Tutup selisih biaya transportasi, tutup biaya distribusi dari yang ada di lapangan," kata Jokowi.
Dia mengakui pernah menerapkan strategi tersebut saat masih menjabat sebagai kepala daerah. Kala itu, harga bawang merah naik akibat melonjaknya biaya transportasi.
Jokowi langsung mengeluarkan anggaran untuk memberi subsidi biaya transportasi. Artinya, pelaku usaha logistik hanya mengeluarkan biaya dengan tarif normal, adapun selisihnya ditanggung pemerintah daerah.
"Kalau semua pemda seperti itu, saya yakin inflasi kita terjaga baik," tegas Jokowi.
Jakarta: Presiden
Joko Widodo (Jokowi) menyebut penaikan harga
BBM subsidi dan nonsubsidi jenis Pertamax akan berkontribusi pada lonjakan
inflasi hingga 1,8 persen. Dengan tambahan itu, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memproyeksikan tingkat inflasi tahun ini bisa menyentuh 6,8 persen.
"Memang momok semua negara itu pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Berapa pertumbuhan inflasi akibat penyesuaian subsidi BBM yang sudah kita umumkan minggu lalu. Hitung-hitungan dari menteri-menteri akan naik di 1,8 persen," ujar Jokowi dalam Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Jakarta, Rabu, 7 September 2022.
Kepala Negara percaya dengan angka itu laju inflasi akibat penaikan BBM bisa ditekan lebih rendah lagi. Syaratnya, semua pihak mulai dari pemerintah pusat dan daerah harus bekerja secara luar biasa untuk melakukan berbagai terobosan.
"Angka 1,8 persen itu muncul kalau kita diam. Saya tidak mau diam. Kita harus intervensi. Intervensi lewat apa? Daerah harus bergerak seperti saat menangani covid-19 kemarin," kata Jokowi.
Jokowi meminta pemerintah kabupaten, kota, dan provinsi memanfaatkan sebesar 2 persen dari DAU untuk keperluan bantuan sosial dan belanja tidak terduga. "Belanja tidak terduga bisa untuk mengatasi inflasi dengan cara apa? Tutup selisih biaya transportasi, tutup biaya distribusi dari yang ada di lapangan," kata Jokowi.
Dia mengakui pernah menerapkan strategi tersebut saat masih menjabat sebagai kepala daerah. Kala itu, harga bawang merah naik akibat melonjaknya biaya transportasi.
Jokowi langsung mengeluarkan anggaran untuk memberi subsidi biaya transportasi. Artinya, pelaku usaha logistik hanya mengeluarkan biaya dengan tarif normal, adapun selisihnya ditanggung pemerintah daerah.
"Kalau semua pemda seperti itu, saya yakin inflasi kita terjaga baik," tegas Jokowi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JMS)