Demokrasi Membutuhkan Konektivitas

Usman Kansong • 18 September 2014 14:16
medcom.id, Moskow. DEMOKRASI di Indonesia yang pluralis, amat membutuhkan konektivitas yang dibangun melalui ideologi. Konektivitas itu ialah Pancasila serta melalui media massa yang menghubungkan Indonesia yang plural, baik dari sisi etnis, agama, maupun kultur.
 
"Lima dasar negara dalam Pancasila mengandung prinsip-prinsip yang menghubungkan dan mempersatukan Indonesia yang plural itu," ujar pemikir tata negara, Yudi Latief dalam Forum "Indonesia Update 2014" di Moscow State Institute of International Relations" di Moskow, Rusia, Rabu (17/9/2014)
 
Sedangkan media massa menghubungkan partai politik atau kandidat anggota legislatif maupun calon presiden dengan rakyat dalam pemilu yang demokratis.

"Bayangkan, bagaimana mereka dalam pemilu berhubungan dan berkomunikasi dengan rakyat yang tinggal dalam wilayah geografis Indonesia yang sangat luas," ucap Yudi.
 
Forum Indonesia Update 2014 diselenggarakan atas prakarsa Kementerian Komunikasi dan Informatika serta Kedubes RI untuk Rusia. Dalam sambutannya, Dirjen Komunikasi dan Informasi Publik Freddy Tulung mengatakan, forum tersebut merupakan bagian dari second track diplomacy yang aktornya bukan dari kalangan pemerintah.
 
Sedangkan Dubes RI untuk Rusia Djauhari Oratmangun menyebutkan forum ini bertujuan menjelaskan kondisi Indonesia mutakhir kepada publik Rusia agar tercipta hubungan yang lebih baik antara Indonesia dan Rusia. Selain Yudi, dalam acara yang dihadiri seratusan mahasiswa dan Indonesianis dari Rusia ini, tampil sebagai pembicara pakar Islam Musdah Mulia, Direktur Pemberitaan Metro TV Suryopratomo serta CEO Tempo Group Bambang Harymurti.
 
Musdah Mulia membahas peran perempuan dalam Islam di Indonesia, sedangkan Suryopratomo dan Bambang berbicara tentang perkembangan media dan kebebasan pers di Indonesia. Dalam paparannya, Musdah Mulia menjelaskan Islam di Indonesia berbeda dengan Islam di Timur Tengah. Islam hadir ke Indonesia secara damai tanpa paksaan apalagi penaklukkan.
 
"Para pendakwah tidak memaksakan syariat Islam, melainkan meneraplannya secara gradual sesuai dengan kondisi masyarakat," ucap Musdah.
 
Penyebaran Islam di Nusantara juga memperhatikan pluralitas dan lokalitas di masyarakat. "Wali Songo mengambil berbagai kearifan lokal, wayang misalnya, ketika menyebarkan Islam," papar Guru Besar Universitas Islam Negeri Jakarta ini
 
Terkait kedudukan perempuan dalam Islam, Musdah memaparkan sejak awal perempuan telah memainkan peran penting di masyarakat, bukan cuma peran domestik. "Di semua organisasi Islam ada sayap perempuan seperti Aisyiah di Muhammadiyah dan Fatayat NU di Nahdlatul Ulama. Peran semacam ini tidak ada di Timur Tengah," ungkapnya.
 
Sedangkan Suryopratomo dan Bambang Harymurti mengatakan Indonesia telah mencapai tingkat kebebasan pers yang sangat maju sehingga media bisa berperan sebagai pilar keempat demokrasi. (Usman Kansong)
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LHE)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan