medcom.id, Jakarta: Usia pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sudah lebih dari 100 hari. Banyak penilaian terkait kinerja Jokowi, JK dan Kabinet Kerjanya.
Lalu bagaimana penilaian para netizen alias pengguna media sosial tentang kinerja pemerintahan saat ini?
Lembaga riset PoliticaWave memantau data percakapan di media sosial, seperti Twitter, Facebook, blog dan online media lainnya. Isunya soal Kabinet Kerja Jokowi-JK. Pantauan dilakukan sejak hari pertama dilantik, 27 Oktober 2014, hingga tepat 100 hari Kabinet Kerja bekerja.
Menurut pendiri Politicalwave Yose Rizal, mayoritas mereka yang bercakap tentang pemerintahan Jokowi-JK di dunia maya, mengapresiasi kinerja Kabinet Kerja.
"Dalam 100 hari pertama terdapat 70 persen sentimen positif dan 30 persen sentimen negatif dari netizen terkait para menteri Kabinet Kerja," kata Pendiri PoliticalWave, Yose Rizal, di Warung Komando, Jalan Saharjo, Jakarta Selatan, Rabu (11/2/2015).
Pantauan Politcawave, jumlah percakapan terkait Kabinet Kerja di media sosial mencapai 1.120.404. "Antusiasme netizen sangat tinggi," katanya.
Awalnya, netizen merasa ragu dengan Kabinet Kerja, namun seiring perjalanan mereka mulai percaya dan bahkan berharap. Menurut Yose, harapan terhadap kepada pemerintahan ini bisa menjadi modal untuk meningkatkan kinerja Kabinet Kerja dan mengurangi kebijakan yang kontraproduktif.
Yang menarik, kata Yose, para netizen juga memperbincangkan soal sosok pribadi para menteri. Terutama sosok yang dianggap kontroversial, seperti Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.
"Sampai 100 hari Kabinet Kerja, Susi Pudjiastuti konsisten menjadi Menteri yang paling banyak dibicarakan oleh netizen dengan sentimen paling positif," ujar Yose.
Yose menjelaskan, Netizen menyukai gaya Susi yang cepat, ceplas-ceplos dan tampak menguasai masalah. Berbagai keraguan netizen terhadap Susi, dari waktu ke waktu semakin berkurang. Sebab, Susi pada awalnya dianggap kurang mumpuni karena latar belakang pendidikannya.
"Bahkan Susi menjadi menteri yang paling banyak dibicarakan di 19 provinsi," pungkas Yose.
medcom.id, Jakarta: Usia pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sudah lebih dari 100 hari. Banyak penilaian terkait kinerja Jokowi, JK dan Kabinet Kerjanya.
Lalu bagaimana penilaian para netizen alias pengguna media sosial tentang kinerja pemerintahan saat ini?
Lembaga riset PoliticaWave memantau data percakapan di media sosial, seperti Twitter, Facebook, blog dan online media lainnya. Isunya soal Kabinet Kerja Jokowi-JK. Pantauan dilakukan sejak hari pertama dilantik, 27 Oktober 2014, hingga tepat 100 hari Kabinet Kerja bekerja.
Menurut pendiri Politicalwave Yose Rizal, mayoritas mereka yang bercakap tentang pemerintahan Jokowi-JK di dunia maya, mengapresiasi kinerja Kabinet Kerja.
"Dalam 100 hari pertama terdapat 70 persen sentimen positif dan 30 persen sentimen negatif dari netizen terkait para menteri Kabinet Kerja," kata Pendiri PoliticalWave, Yose Rizal, di Warung Komando, Jalan Saharjo, Jakarta Selatan, Rabu (11/2/2015).
Pantauan Politcawave, jumlah percakapan terkait Kabinet Kerja di media sosial mencapai 1.120.404. "Antusiasme netizen sangat tinggi," katanya.
Awalnya, netizen merasa ragu dengan Kabinet Kerja, namun seiring perjalanan mereka mulai percaya dan bahkan berharap. Menurut Yose, harapan terhadap kepada pemerintahan ini bisa menjadi modal untuk meningkatkan kinerja Kabinet Kerja dan mengurangi kebijakan yang kontraproduktif.
Yang menarik, kata Yose, para netizen juga memperbincangkan soal sosok pribadi para menteri. Terutama sosok yang dianggap kontroversial, seperti Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.
"Sampai 100 hari Kabinet Kerja, Susi Pudjiastuti konsisten menjadi Menteri yang paling banyak dibicarakan oleh netizen dengan sentimen paling positif," ujar Yose.
Yose menjelaskan, Netizen menyukai gaya Susi yang cepat, ceplas-ceplos dan tampak menguasai masalah. Berbagai keraguan netizen terhadap Susi, dari waktu ke waktu semakin berkurang. Sebab, Susi pada awalnya dianggap kurang mumpuni karena latar belakang pendidikannya.
"Bahkan Susi menjadi menteri yang paling banyak dibicarakan di 19 provinsi," pungkas Yose.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(KRI)