Jakarta: Selain petahana, perang jenderal, hingga calon independen, hajat pilkada serentak 2018 juga bakal diramaikan oleh sederet selebritas dalam negeri. Pemanfaatan popularitas figur publik masih dianggap sebagai cara jitu meraup suara pemilih.
"Menggaet selebritas memang punya potensi banyak untuk meraup suara pemilih. Mereka kan populer dan memiliki banyak penggemar dan pengikut, apalagi yang punya intelektual bagus," kata Pengamat Politik Usep S Ahyar, dalam Election Update, Kamis 31 Januari 2018.
Selain populer dan mampu menggaet suara pemilih, figur publik umumnya kreatif dalam membuat media sendiri. Aktif di media sosial membuat seorang selebritas lebih mudah dikenal dan mampu memberi pengaruh.
Usep mengatakan pada dasarnya pemilih akan menentukan pilihannya karena rasional berdasarkan visi misi dan program. Namun ada juga yang karena memiliki kedekatan psikologis atau sosiologis.
"Alasan inilah yang melatarbelakangi mengapa publik figur kerap dijadikan sebagai juru kampanye," katanya.
Untuk lebih meyakinkan para pemilih, Usep menyarankan kepada para bakal calon agar selektif memilih figur publik yang akan menjadi juru kampanye.
Selebritas maupun figur publik yang memiliki intelektual tinggi dinilai lebih mampu menggaet suara pemilih ketimbang yang kerap menuai kontroversi.
"Ingat, selebritasnya harus kreatif jangan seperti zaman dulu di lapangan terbuka hanya untuk memobilisasi massa. Yang dibutuhkan saat ini adalah kampanye kreatif agar gagasan si calon itu sampai dan mudah dipahami oleh calon pemilihnya," jelas Usep.
Jakarta: Selain petahana, perang jenderal, hingga calon independen, hajat pilkada serentak 2018 juga bakal diramaikan oleh sederet selebritas dalam negeri. Pemanfaatan popularitas figur publik masih dianggap sebagai cara jitu meraup suara pemilih.
"Menggaet selebritas memang punya potensi banyak untuk meraup suara pemilih. Mereka kan populer dan memiliki banyak penggemar dan pengikut, apalagi yang punya intelektual bagus," kata Pengamat Politik Usep S Ahyar, dalam
Election Update, Kamis 31 Januari 2018.
Selain populer dan mampu menggaet suara pemilih, figur publik umumnya kreatif dalam membuat media sendiri. Aktif di media sosial membuat seorang selebritas lebih mudah dikenal dan mampu memberi pengaruh.
Usep mengatakan pada dasarnya pemilih akan menentukan pilihannya karena rasional berdasarkan visi misi dan program. Namun ada juga yang karena memiliki kedekatan psikologis atau sosiologis.
"Alasan inilah yang melatarbelakangi mengapa publik figur kerap dijadikan sebagai juru kampanye," katanya.
Untuk lebih meyakinkan para pemilih, Usep menyarankan kepada para bakal calon agar selektif memilih figur publik yang akan menjadi juru kampanye.
Selebritas maupun figur publik yang memiliki intelektual tinggi dinilai lebih mampu menggaet suara pemilih ketimbang yang kerap menuai kontroversi.
"Ingat, selebritasnya harus kreatif jangan seperti zaman dulu di lapangan terbuka hanya untuk memobilisasi massa. Yang dibutuhkan saat ini adalah kampanye kreatif agar gagasan si calon itu sampai dan mudah dipahami oleh calon pemilihnya," jelas Usep.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)