Jakarta: Polemik mengenai RUU Kesehatan terus bergulir. Konfederasi Rakyat Pekerja Indonesia (KRPI) menolak pengesahan RUU ini. Pasalnya salah satu pasal yang ingin merevisi Undang Undang BPJS Nomor 2004 tahun 2011.
“Revisinya itu membuat BPJS tidak independen, membuat BPJS dengan mudah diintervensi, dan itu tidak mustahil akan menggerus dana-dana buruh yang ada di BPJS. Jangan rampas uang kami,” kata Sekretaris Jenderal Konfederasi Rakyat Pekerja Indonesia (KRPI) Seapul Tavip di Jakarta, Senin, 20 Februari 2023.
Ia menilai RUU Kesehatan akan membuat Direksi dan Dewan Pengawas BPJS tidak lagi bertanggung jawab secara langsung ke Presiden. Melainkan bakal diubah menjadi bertanggung jawab ke Menteri.
“Menteri bisa memberikan penugasan khusus ke Direksi BPJS yang tentu saja penugasan ini patut diduga mengandung kepentingan politik,” tegas Saepul.
Sementara, lanjut Saepul, selama ini ia menilai pola dan menjemen BPJS sudah baik. Begitupun dengan Undang-Undang yang mengaturnya. Ia khawatir pengesaha. RUU Kesehatan berdampak ke pekerja, tentunya akan mengganggu pelayanan.
“Kami sangat sayangkan ini ada semacam penyelundupan hukum melalui RUU Kesehatan di mana revisi UU BPJS Nomor 2004 tahun 2011 dilakukan yang pada akhirnya akan membuat BPJS tidak lagi independen,” ujar Saepul.
Saepul menambahkan dengan bertanggung jawab langsung ke presiden, BPJS sudah independen. Dengan di bawah menteri, khawatir akan diintervensi kementerian.
“RUU Kesehatan ini akan membuat BPJS kembali ke zaman dulu sebelum tahun 2011 yang dibawah kementerian BUMN, ketika masih ada banyak korupsi karna BPJS saat itu tidak independen,” jelas Saepul.
Dia merinci pengelolaan dana pekerja di BPJS Ketenagakerjaan yang saat ini sekitar Rp630 triliun dan aset bersih dana JKN di BPJS Kesehatan yang sudah mencapai Rp54,7 triliun. Serta pendapatan iuran JKN mencapai Rp143 Triliun (per akhir Desember 2022), akan rawan digunakan untuk kepentingan lain di luar program jaminan sosial.
“Kasus kegagalan investasi yang dialami BUMN asuransi seperti Jiwasraya dan PT. ASABRI beberapa waktu yang lalu, harusnya menjadi acuan bagi Pemerintah dan DPR untuk tetap memposisikan Direksi dan Dewas BPJS memiliki kewenangan penuh dan independen,” jelas Saepul.
Ia mendesak pemerintah agar RUU Kesehatan tidak merevisi UU BPJS yang mengerdilkan organ BPJS menjadi organ yang dikendalikan menteri demi memastikan peningkatan manfaat jaminan sosial ketenagakerjaan dan kesehatan, seta keamanan dan peningkatan investasi dana kelolaan di BPJS Ketenagakeriaan dan Kesehatan.
“BPJS harus dikelola dengan independen tanpa intervensi oleh pihak manapun. Pada akhirnya, KRPI menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk Menolak hadirnya RUU Kesehatan. Jangan sampai jaminan sosial meniadi lumpuh dengan revisi yang dilakukan oleh RUU Kesehatan,” tutup Saepul.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Jakarta: Polemik mengenai
RUU Kesehatan terus bergulir. Konfederasi Rakyat Pekerja Indonesia (KRPI) menolak pengesahan RUU ini. Pasalnya salah satu pasal yang ingin merevisi Undang Undang BPJS Nomor 2004 tahun 2011.
“Revisinya itu membuat
BPJS tidak independen, membuat BPJS dengan mudah diintervensi, dan itu tidak mustahil akan menggerus dana-dana buruh yang ada di BPJS. Jangan rampas uang kami,” kata Sekretaris Jenderal Konfederasi Rakyat Pekerja Indonesia (KRPI) Seapul Tavip di Jakarta, Senin, 20 Februari 2023.
Ia menilai RUU Kesehatan akan membuat Direksi dan Dewan Pengawas BPJS tidak lagi bertanggung jawab secara langsung ke
Presiden. Melainkan bakal diubah menjadi bertanggung jawab ke Menteri.
“Menteri bisa memberikan penugasan khusus ke Direksi BPJS yang tentu saja penugasan ini patut diduga mengandung kepentingan politik,” tegas Saepul.
Sementara, lanjut Saepul, selama ini ia menilai pola dan menjemen BPJS sudah baik. Begitupun dengan Undang-Undang yang mengaturnya. Ia khawatir pengesaha. RUU Kesehatan berdampak ke pekerja, tentunya akan mengganggu pelayanan.
“Kami sangat sayangkan ini ada semacam penyelundupan hukum melalui RUU Kesehatan di mana revisi UU BPJS Nomor 2004 tahun 2011 dilakukan yang pada akhirnya akan membuat BPJS tidak lagi independen,” ujar Saepul.
Saepul menambahkan dengan bertanggung jawab langsung ke presiden, BPJS sudah independen. Dengan di bawah menteri, khawatir akan diintervensi kementerian.
“RUU Kesehatan ini akan membuat BPJS kembali ke zaman dulu sebelum tahun 2011 yang dibawah kementerian BUMN, ketika masih ada banyak korupsi karna BPJS saat itu tidak independen,” jelas Saepul.
Dia merinci pengelolaan dana pekerja di BPJS Ketenagakerjaan yang saat ini sekitar Rp630 triliun dan aset bersih dana JKN di BPJS Kesehatan yang sudah mencapai Rp54,7 triliun. Serta pendapatan iuran JKN mencapai Rp143 Triliun (per akhir Desember 2022), akan rawan digunakan untuk kepentingan lain di luar program jaminan sosial.
“Kasus kegagalan investasi yang dialami BUMN asuransi seperti Jiwasraya dan PT. ASABRI beberapa waktu yang lalu, harusnya menjadi acuan bagi Pemerintah dan DPR untuk tetap memposisikan Direksi dan Dewas BPJS memiliki kewenangan penuh dan independen,” jelas Saepul.
Ia mendesak pemerintah agar RUU Kesehatan tidak merevisi UU BPJS yang mengerdilkan organ BPJS menjadi organ yang dikendalikan menteri demi memastikan peningkatan manfaat jaminan sosial ketenagakerjaan dan kesehatan, seta keamanan dan peningkatan investasi dana kelolaan di BPJS Ketenagakeriaan dan Kesehatan.
“BPJS harus dikelola dengan independen tanpa intervensi oleh pihak manapun. Pada akhirnya, KRPI menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk Menolak hadirnya RUU Kesehatan. Jangan sampai jaminan sosial meniadi lumpuh dengan revisi yang dilakukan oleh RUU Kesehatan,” tutup Saepul.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)