Ilustrasi media sosial/Medcom.id
Ilustrasi media sosial/Medcom.id

Algoritma Media Sosial Dinilai Pengaruhi Keterpilihan Figur di Pemilu 2024

Fachri Audhia Hafiez • 11 Maret 2023 19:33
Jakarta: Algoritma media sosial dinilai memengaruhi tingkat keterpilihan figur yang bertarung pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Terlebih, untuk menjaring pemilih kelompok Gen Z.
 
Peneliti di Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Consulting, Istman Musaharun, mengatakan Gen Z punya kecenderungan tahu informasi politik secara insidental. Mereka tidak mencari, tetapi hanya tahu lantaran melihat secara tak sengaja yang ditampilkan pada algoritma media sosial.
 
"Misalnya coontoh ada isu Anies, yang kebetulan ketika mereka lagi scroll media sosial muncul isu tersebut, mereka menjadi tahu, dan mereka baru mengecek ke media-media. Nah tapi kalau isu itu tidak diangkat, besar kemungkinan mereka tidak tahu," kata Istman dalam diskusi bertajuk '2024 Presidential Election Discourse, Will Gen Z take control of their future?' di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Sabtu, 11 Maret 2023.

Istman mengatakan jelang pemilu, algoritma media sosial sangat menentukan tingkat kepopuleran seorang figur yang berkompetisi pada 2024. Bila algoritma media sosial tidak berfokus pada hal itu, maka Gen Z cenderung tidak tertarik.
 

Baca: 3 Besar Elektabilitas Cawapres: AHY 19,5%, Ridwan Kamil 17,2%, dan Sandiaga Uno 11,7%


"Algoritma sosial medianya membawa ke isu-isu politik atau tidak, kalau tidak ya mereka tidak begitu tertarik atau tifak berinisiatif untuk mencarinya," ujar Istman.
 
Istman mengaku kerap diminta pandangannya sejumlah badan pemenangan partai politik (parpol) yang tengah berusaha menjaring pemilih Gen Z pada masa kampanye. Pasalnya, parpol masih menerapkan kampanye konvensional yakni turun ke lapangan.
 
"Mereka berkata 'kami punya tim lapangan tapi kami tidak punya tim media', minta tolong dicari tahu harus menyediakan tim yang seperti apa, karena tidak tahu kontennya seperti apa, apa butuh meng-hire influencer dan sebagainya," ucap Istman.
 
Gen Z, kata Istman, juga tak lagi dipengaruhi oleh konten-konten yang disebar melalui grup keluarga untuk menggiring suara. Karena kelompok ini mampu memverifikasi secara mandiri kebenaran informasi.
 
"Gen Z ini semakin pintar memverifikasi data. Sehingga, strategi seperti itu tidak akan berlaku lagi ke depannya," jelas Istman.
 
Tingkat partisipasi Gen Z diyakini tinggi meskipun keterkaitan pada isu politik cenderung kurang. Selain itu, Gen Z lebih menyukai figur calon legislatif atau calon presiden yang mengangkat soal isu Hak Asasi Manusia (HAM) hingga antikorupsi.
 
"Nah isu apa saja yang diharapkan, mereka jujur dan transparan bertanggung jawab dan adil. Isu HAM, digital teknologi, dan pemberantasan korupsi, makanya yang terpilih nantinya tidak punya rekam jejak korupsi," kata Istman.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ADN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan