medcom.id, Jakarta: Putra bungsu mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), menampik tudingan mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Antasari Azhar terkait pengadaan IT KPU pada Pemilu 2009. Ia menyebut tudingan itu fitnah.
Dalam cuitan di akun pribadinya @Edhie_Baskoro, Ibas menyebut tudingan Antasari tidak mendasar. Dia meminta Antasari mengecek ulang pengadaan alat IT tersebut.
Menurut pria yang kerap disapa Ibas ini, seharusnya tidak ada permasalahan lagi soal pemilihan legislatif pada tahun 2009. Sebab, hasilnya sudah diputuskan oleh Makamah Konstitusi.
Ia meminta Antasari mengkoreksi diri dan tidak menyebarkan isu dan fitnah.
"Sebaiknya Antasari lakukan koreksi ke dalam diri, jangan menebar isu, jangan menebar fitnah. Jangan coba bangun popularitas diri dengan cara fitnah," cuit Ibas, Selasa 14 Februari 2017.
Mantan Ketua KPK Antasari Azhar menyebut pengadaan IT KPU saat Pemilihan Legislatif (Pileg) 2009 dilakukan Edhi Baskoro Yudhoyono alias Ibas, putra Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono.
"Saat itu saya tidak tahu pengadaan barang itu dilakukan siapa. Saya hanya ingin KPU bekerja benar, tapi kenapa alatnya di grounded. Ternyata pengadaan alat ini dilakukan Ibas. Informasi itu masuk ke KPK, akhirnya kami lakukan penelusuran masalah pengadaan. Tapi belum sampai melakukan itu, saya sudah diusut duluan,” kata Antasari kepada Metro TV.
Antasari mengaku, sudah menugaskan Haryono Umar yang saat itu menjabat Wakil Ketua KPK Bidang Pencegahan buat melakukan penyelidikan, pengumpulan data dan evaluasi terhadap pengadaan IT KPU.
Baca: Antasari Sebut Ibas Terlibat Kasus Pengadaan IT KPU di Pileg 2009
Seperti diketahui, selama proses rekapitulasi suara 9-20 April 2009 di Hotel Borobudur, hanya terkumpul 13.078.538 dari 171 juta suara yang terdaftar di Daftar Pemilih Tetap (DPT). Adapun data dari Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang masuk baru 67.704, dari total 519 TPS.
Target KPU sebelumnya, selama tabulasi online bisa terkumpul 80 persen suara, tapi keinginan itu jauh dari kenyataan. Diduga ini bisa terjadi karena gagalnya penggunaan Intelligent Character Recognition (ICR) dalam proses tabulasi.
medcom.id, Jakarta: Putra bungsu mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), menampik tudingan mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Antasari Azhar terkait pengadaan IT KPU pada Pemilu 2009. Ia menyebut tudingan itu fitnah.
Dalam cuitan di akun pribadinya @Edhie_Baskoro, Ibas menyebut tudingan Antasari tidak mendasar. Dia meminta Antasari mengecek ulang pengadaan alat IT tersebut.
Menurut pria yang kerap disapa Ibas ini, seharusnya tidak ada permasalahan lagi soal pemilihan legislatif pada tahun 2009. Sebab, hasilnya sudah diputuskan oleh Makamah Konstitusi.
Ia meminta Antasari mengkoreksi diri dan tidak menyebarkan isu dan fitnah.
"Sebaiknya Antasari lakukan koreksi ke dalam diri, jangan menebar isu, jangan menebar fitnah. Jangan coba bangun popularitas diri dengan cara fitnah," cuit Ibas, Selasa 14 Februari 2017.
Mantan Ketua KPK Antasari Azhar menyebut pengadaan IT KPU saat Pemilihan Legislatif (Pileg) 2009 dilakukan Edhi Baskoro Yudhoyono alias Ibas, putra Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono.
"Saat itu saya tidak tahu pengadaan barang itu dilakukan siapa. Saya hanya ingin KPU bekerja benar, tapi kenapa alatnya di grounded. Ternyata pengadaan alat ini dilakukan Ibas. Informasi itu masuk ke KPK, akhirnya kami lakukan penelusuran masalah pengadaan. Tapi belum sampai melakukan itu, saya sudah diusut duluan,” kata Antasari kepada
Metro TV.
Antasari mengaku, sudah menugaskan Haryono Umar yang saat itu menjabat Wakil Ketua KPK Bidang Pencegahan buat melakukan penyelidikan, pengumpulan data dan evaluasi terhadap pengadaan IT KPU.
Baca: Antasari Sebut Ibas Terlibat Kasus Pengadaan IT KPU di Pileg 2009
Seperti diketahui, selama proses rekapitulasi suara 9-20 April 2009 di Hotel Borobudur, hanya terkumpul 13.078.538 dari 171 juta suara yang terdaftar di Daftar Pemilih Tetap (DPT). Adapun data dari Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang masuk baru 67.704, dari total 519 TPS.
Target KPU sebelumnya, selama tabulasi online bisa terkumpul 80 persen suara, tapi keinginan itu jauh dari kenyataan. Diduga ini bisa terjadi karena gagalnya penggunaan Intelligent Character Recognition (ICR) dalam proses tabulasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)