medcom.id, Jakarta: Anggota Komisi V DPR Anton Sihombing menilai bidang kelautan atau kemaritiman Indonesia sangat tertinggal di banding negara lain. Padahal, Indonesia salah satu negara dengan kawasan maritim paling luas di dunia.
Hal itu disampaikan Anton di sela rapat kerja Komisi V dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, beberapa waktu lalu. Menurut dia, ketertinggalan kemaritiman Indonesia antara lain terlihat dari sektor pendidikan.
“Presiden Soekarno sudah membuat landasan berfikir secara komprehensif tentang kelautan Indonesia untuk 75 tahun ke depan, dengan mendirikan pendidikan kelautan setara Kingspoint di Amerika. Tapi apa yang terjadi sekarang? Kelautan kita tertinggal," kata Anton dalam keterangan tertulis, Jumat 8 September 2017.
Dulu, lanjut dia, dosen lembaga pendidikan kelautan di Indonesia didatangkan dari Kingspoint. Sekarang, level sekolah pendidikan kelautan malah diturunkan menjadi setingkat balai pelatihan.
"Ini jelas mendeskriditkan. Di Polandia misalnya, sudah memiliki universitas kelautan, Tiongkok memiliki dua universitas, Korea juga dua universitas, begitu juga Jepang dan London,” ujar Anton.
Dia menduga ketertinggalan kemaritiman Indonesia karena penempatan orang-orang yang tidak tepat. "Tidak sedikit harbor master atau syahbandar itu berasal dari orang hukum. Padahal seharusnya syahbandar yang sangat mengerti tentang kelautan," sebut dia.
Menurut Anton, ke depan perlu perbaikan menyeluruh dalam bidang kelautan. Sehingga, membangun kemaritiman Indonesia sebagaimana program Nawacita yang dicanangkan Presiden Joko widodo bisa tercapai.
"Perlunya penempatan SDM yang mampu, profesional, dan memiliki integritas yang tinggi dalam dunia kemaritiman," kata dia.
medcom.id, Jakarta: Anggota Komisi V DPR Anton Sihombing menilai bidang kelautan atau kemaritiman Indonesia sangat tertinggal di banding negara lain. Padahal, Indonesia salah satu negara dengan kawasan maritim paling luas di dunia.
Hal itu disampaikan Anton di sela rapat kerja Komisi V dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, beberapa waktu lalu. Menurut dia, ketertinggalan kemaritiman Indonesia antara lain terlihat dari sektor pendidikan.
“Presiden Soekarno sudah membuat landasan berfikir secara komprehensif tentang kelautan Indonesia untuk 75 tahun ke depan, dengan mendirikan pendidikan kelautan setara Kingspoint di Amerika. Tapi apa yang terjadi sekarang? Kelautan kita tertinggal," kata Anton dalam keterangan tertulis, Jumat 8 September 2017.
Dulu, lanjut dia, dosen lembaga pendidikan kelautan di Indonesia didatangkan dari Kingspoint. Sekarang, level sekolah pendidikan kelautan malah diturunkan menjadi setingkat balai pelatihan.
"Ini jelas mendeskriditkan. Di Polandia misalnya, sudah memiliki universitas kelautan, Tiongkok memiliki dua universitas, Korea juga dua universitas, begitu juga Jepang dan London,” ujar Anton.
Dia menduga ketertinggalan kemaritiman Indonesia karena penempatan orang-orang yang tidak tepat. "Tidak sedikit harbor master atau syahbandar itu berasal dari orang hukum. Padahal seharusnya syahbandar yang sangat mengerti tentang kelautan," sebut dia.
Menurut Anton, ke depan perlu perbaikan menyeluruh dalam bidang kelautan. Sehingga, membangun kemaritiman Indonesia sebagaimana program Nawacita yang dicanangkan Presiden Joko widodo bisa tercapai.
"Perlunya penempatan SDM yang mampu, profesional, dan memiliki integritas yang tinggi dalam dunia kemaritiman," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TRK)