Jakarta: Suasana kebatinan seluruh masyarakat Indonesia dapat dilihat lewat 34 buku puisi esai. Kekayaan budaya nusantara, kearifan lokal, jeritan batin, peristiwa sosial, hingga kegembiraan terekam di dalam 34 buku itu.
Nia Samsihono, salah satu editor 34 buku puisi esai menyebut itu sebagai karya yang spektakuler. Karya kolosal itu selesai tanpa bantuan dari pemerintah.
"Publik luas dapat belajar kearifan lokal ragam budaya nusantara dengan mudah karena karya puisi esai disampaikan dengan bahasa yang komunikatif," kata Nia dalam diskusi pro kontra puisi esai ke-6 yang diselenggarakan Yayasan Budaya Guntur, Jakarta, Jumat, 31 Agustus 2018.
Gunoto Saparie, editor lainnya membuat aneka kisah sosial yang bervariasi. Menurut dia, banyak yang tak pernah dibaca dalam sastra di luar karya puisi esai.
Sementara itu, penulis puisi esai Viddy Daery mengatakan puisi esai mengembalikan puisi kepada bentuk yang luhur. Puisi tak hanya menjadi hiburan dan permainan kata belaka. Puisi menjadi bagian dari gerak budaya untuk membangun katakter bangsa.
"Puisi esai membawa penyair untuk menyuarakan pesan mulia seperti yang disiratkan dalam Alquran," ujar Viddy.
Anwar Putra Bayu, editor sekaligus penulis puisi esai mengatakan puisi esai menjadi potret alternatif untuk melihat batin Indonesia. Siapapun yang ingin memahami dan mendalami batin Indonesia, kini dapat melihatnya di dalam 34 buku puisi esai.
Denny JA, penggagas puisi esai, mengtakan masyarakat kini hidup dalam sejarah yang sedang ditata ulang. Banyak pembaruan dilakukan di bidang teknologi, bisnis dan politik yang sudah mengubah hidup masyarakat.
Sastrawan, penulis, dan jurnalis merespons dengan kreativitas yang sama. Mereka melakukan hal yang belum pernah dilakukan generasi sastrawan sebelumnya: membangun gerakan kultural, swadaya, merekam batin Indonesia di 34 provinsi melalui 34 buku puisi esai.
Keseluruhan buku itu, kata Denny, bisa diakses oleh siapapun, kapanpun, di manapun sejauh ada internet. Sebanyak 34 buku itu dipublikasi di facebook perpustakan puisi esai.
"Aneka pembaruan dalam isi puisi, cara penulisan, media penyebaran, komunitas dan kuantiti jumlah karya, sah sudah di tahun 2018 memang telah lahir angkatan baru sastra Indonesia, angkatan puisi esai," ujar Denny.
Jakarta: Suasana kebatinan seluruh masyarakat Indonesia dapat dilihat lewat 34 buku puisi esai. Kekayaan budaya nusantara, kearifan lokal, jeritan batin, peristiwa sosial, hingga kegembiraan terekam di dalam 34 buku itu.
Nia Samsihono, salah satu editor 34 buku puisi esai menyebut itu sebagai karya yang spektakuler. Karya kolosal itu selesai tanpa bantuan dari pemerintah.
"Publik luas dapat belajar kearifan lokal ragam budaya nusantara dengan mudah karena karya puisi esai disampaikan dengan bahasa yang komunikatif," kata Nia dalam diskusi pro kontra puisi esai ke-6 yang diselenggarakan Yayasan Budaya Guntur, Jakarta, Jumat, 31 Agustus 2018.
Gunoto Saparie, editor lainnya membuat aneka kisah sosial yang bervariasi. Menurut dia, banyak yang tak pernah dibaca dalam sastra di luar karya puisi esai.
Sementara itu, penulis puisi esai Viddy Daery mengatakan puisi esai mengembalikan puisi kepada bentuk yang luhur. Puisi tak hanya menjadi hiburan dan permainan kata belaka. Puisi menjadi bagian dari gerak budaya untuk membangun katakter bangsa.
"Puisi esai membawa penyair untuk menyuarakan pesan mulia seperti yang disiratkan dalam Alquran," ujar Viddy.
Anwar Putra Bayu, editor sekaligus penulis puisi esai mengatakan puisi esai menjadi potret alternatif untuk melihat batin Indonesia. Siapapun yang ingin memahami dan mendalami batin Indonesia, kini dapat melihatnya di dalam 34 buku puisi esai.
Denny JA, penggagas puisi esai, mengtakan masyarakat kini hidup dalam sejarah yang sedang ditata ulang. Banyak pembaruan dilakukan di bidang teknologi, bisnis dan politik yang sudah mengubah hidup masyarakat.
Sastrawan, penulis, dan jurnalis merespons dengan kreativitas yang sama. Mereka melakukan hal yang belum pernah dilakukan generasi sastrawan sebelumnya: membangun gerakan kultural, swadaya, merekam batin Indonesia di 34 provinsi melalui 34 buku puisi esai.
Keseluruhan buku itu, kata Denny, bisa diakses oleh siapapun, kapanpun, di manapun sejauh ada internet. Sebanyak 34 buku itu dipublikasi di facebook perpustakan puisi esai.
"Aneka pembaruan dalam isi puisi, cara penulisan, media penyebaran, komunitas dan kuantiti jumlah karya, sah sudah di tahun 2018 memang telah lahir angkatan baru sastra Indonesia, angkatan puisi esai," ujar Denny.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)