Jakarta: Akun media sosial Twitter Yenny Wahid berisik dengan celotehan warganet awal November lalu. Musababnya, ia menggunakan kerudung yang hanya disampirkan di kepala saat menghadiri pertemuan Dewan Toleransi dan Perdamaian Global, di Malta.
Sebagian besar mencibir gaya berkerudungnya. Ia disebut tak berpakaian layaknya perempuan muslim.
Semua bermula saat Yenny melontarkan cuitan, "Hari ini ketemu teman-teman baru dari berbagai negara berpenduduk Muslim: Maroko, Libanon, Jordan, Albania, dan Palestina. Hanya saya yang berkerudung." di akun Twitter-nya, @yennywahid. Twit itu dia lempar pada 2 November.
Sebelum cuitan itu diunggah, dia menempelkan foto dirinya mengenakan kerudung berwarna persik pastel (peach puff). Rambut di ujung dahinya terlihat hitam legam. Leher sawo matangnya juga tampak jelas.
Ucapan perempuan bernama lengkap Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid ini langsung mendapat komentar dari sejumlah warganet. Sebagian besar mencibir. Ini salah satunya:
<blockquote class="twitter-tweet" data-lang="en"><p lang="in" dir="ltr">Tp maaf yaa ..yg mbak pake cuma sebatas penutup kepala,, rambutnya jg msh keliatan kok????????????????</p>— #SavePalestina (@Ndoro__Putrie) <a href="https://twitter.com/Ndoro__Putrie/status/926229784488636416?ref_src=twsrc%5Etfw">November 2, 2017</a></blockquote>
<script async src="https://platform.twitter.com/widgets.js" charset="utf-8"></script>
Kontan Yenny berang. Perang twit lantas tak terelakkan. Salah satu balasan yang menohok adalah cuitan Yenny berikut ini:
<blockquote class="twitter-tweet" data-lang="en"><p lang="en" dir="ltr">You’re absolutely right! I dress the way I dress to please Allah, not to please u, nor other humans. So u can keep your opinion 2 yourself?? <a href="https://t.co/21XU376E6I">https://t.co/21XU376E6I</a></p>— Yenny Zannuba Wahid (@yennywahid) <a href="https://twitter.com/yennywahid/status/926573436767490048?ref_src=twsrc%5Etfw">November 3, 2017</a></blockquote>
<script async src="https://platform.twitter.com/widgets.js" charset="utf-8"></script>
Gaya berkerudung yang masih menyisakan rambut di ujung dahi sebenarnya sudah lama menjadi ciri khas Yenny. Gaya ini sempat dipertanyakan akhir tahun lalu, namun tak bergaung. Nah, pada awal November kemarin, warganet justru cerewet.
"Jadi, saya suka lucu. Orang mengkritik saya dengan gaya berkerudung saya, bukan karena sikap saya terhadap sesuatu hal. Kalau dia (pengkritik) sudah tak setuju dengan sikap saya, pasti diserang soal kerudung," kata Yenny saat Medcom.id mewawancarainya pekan lalu di bilangan Jakarta.
Putri kedua Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini justru heran kenapa banyak orang Indonesia mempertanyakan gaya berkerudungnya. Dari pengalamannya berkunjung ke sejumlah negara Islam, perempuan tak berpenutup disikapi biasa saja.
"Biasa saja, gituloh. Tapi di sini, seolah-olah kalau gak pake kerudung gak masuk surga," kata dia.
Bahkan, banyak yang menuding jika gaya berkerudungnya akan membawanya masuk ke neraka. "Mereka bilang begitu (masuk neraka). Nah, padahal nenek saya, buyut saya, nenek-nenek zaman dulu, bahkan mungkin neneknya orang yang mengkritik saya, kerudungnya pun seperti saya."
"Masa sih saya mengatakan bahwa mereka semua juga (ikut) masuk neraka?" kata dia melanjutkan.
Foto: Akun Twitter @yennywahid
Atas dasar pemahaman neraka ini, Yenny lantas menegaskan akan mempertahankan gaya berkerudungnya. "Karena saya (ingin) membela hak nenek-nenek saya. Hak buyut saya. Untuk tak dikatakan bahwa mereka akan masuk neraka."
Kalaupun tetap dicap ahli neraka, Yenny mengaku santai. "Gak apa-apa. Rame-rame jadi (masuk neraka) nanti," katanya sambil tertawa.
<blockquote class="twitter-tweet" data-lang="en"><p lang="en" dir="ltr">I see My God as a loving God, while u see your God as a punishing God. Sadly we call our God the same name, eventho we see him differently.</p>— Yenny Zannuba Wahid (@yennywahid) <a href="https://twitter.com/yennywahid/status/926686711882702848?ref_src=twsrc%5Etfw">November 4, 2017</a></blockquote>
<script async src="https://platform.twitter.com/widgets.js" charset="utf-8"></script>
Pengalaman Maldives
Perkara kerudung ini ternyata cukup menyita perhatian Yenny. Apalagi di masyarakat sudah terpatri keyakinan jika anak perempuan yang tak memakai kerudung maka ayahnya akan masuk neraka.
"Saya katakan, di Islam tidak ada loh dosa di-transfer. Bapak dosa sendiri, anak dosa sendiri. Gak ada urusannya. Ini bagaimana logikanya?" kata dia.
Yenny justru prihatin dengan perempuan yang merasa tertekan karena adanya stigma itu. Kecuali, perempuan itu memang memakai kerudung atas kesadaran sendiri.
Foto: Medcom.id/Nur Azizah
Yenny punya pengalaman saat berbincang dengan Wakil Menteri Agama Maldives. Di negara itu, 99 persen warganya muslim.
Si pejabat mengatakan Maldives dulu amat plural. "Dulu di negara kami kerudungnya begitu," kata Yenny, menirukan pernyataan wakil menteri agama Maldives. Saat itu, sang wakil menteri menunjuk gaya berkerudung peneliti Wahid Foundation ini.
Saat ini, kata Yenny merujuk keterangan wakil menteri, perdebatan di Maldives berkutat soal apakah perempuan harus bercadar atau tidak. Yenny memandang hal itu karena adanya pengaruh Wahabi Salafi--gerakan yang menggagas pemurnian akidah.
"Wah, kalau Indonesia jadi seperti itu (Maldives) gawat. Gak apa-apa deh, biarin gua diserang. Yang penting gua begini aja (gaya berkerudungnya) karena ini untuk pertahanan kita. Kalau gak dilawan, siapa lagi yang berani melawan."
Merujuk Afganistan yang merupakan negara muslim, Yenny kembali mengomentari, "Jilbabnya first lady Afganistan juga jatuh-jatuh. Biasa saja. Afganistan loh yang ada Talibannya," kata dia kembali disertai tawa.
<blockquote class="twitter-tweet" data-lang="en"><p lang="in" dir="ltr">Makan siang dgn kawan baik saya Madam Roya Rahmani, dubes Afghanistan utk Indonesia. Bicara ttg peran perempuan dlm promosikan perdamaian <a href="https://t.co/ANjR9uNLaI">pic.twitter.com/ANjR9uNLaI</a></p>— Yenny Zannuba Wahid (@yennywahid) <a href="https://twitter.com/yennywahid/status/930831900993900544?ref_src=twsrc%5Etfw">November 15, 2017</a></blockquote>
<script async src="https://platform.twitter.com/widgets.js" charset="utf-8"></script>
Jakarta: Akun media sosial
Twitter Yenny Wahid berisik dengan celotehan warganet awal November lalu. Musababnya, ia menggunakan kerudung yang hanya disampirkan di kepala saat menghadiri pertemuan Dewan Toleransi dan Perdamaian Global, di Malta.
Sebagian besar mencibir gaya berkerudungnya. Ia disebut tak berpakaian layaknya perempuan muslim.
Semua bermula saat Yenny melontarkan cuitan, "Hari ini ketemu teman-teman baru dari berbagai negara berpenduduk Muslim: Maroko, Libanon, Jordan, Albania, dan Palestina. Hanya saya yang berkerudung." di akun
Twitter-nya, @yennywahid.
Twit itu dia lempar pada 2 November.
Sebelum cuitan itu diunggah, dia menempelkan foto dirinya mengenakan kerudung berwarna persik pastel (peach puff). Rambut di ujung dahinya terlihat hitam legam. Leher sawo matangnya juga tampak jelas.
Ucapan perempuan bernama lengkap Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid ini langsung mendapat komentar dari sejumlah warganet. Sebagian besar mencibir. Ini salah satunya:
Kontan Yenny berang. Perang
twit lantas tak terelakkan. Salah satu balasan yang menohok adalah cuitan Yenny berikut ini:
Gaya berkerudung yang masih menyisakan rambut di ujung dahi sebenarnya sudah lama menjadi ciri khas Yenny. Gaya ini sempat dipertanyakan akhir tahun lalu, namun tak bergaung. Nah, pada awal November kemarin, warganet justru cerewet.
"Jadi, saya suka lucu. Orang mengkritik saya dengan gaya berkerudung saya, bukan karena sikap saya terhadap sesuatu hal. Kalau dia (pengkritik) sudah tak setuju dengan sikap saya, pasti diserang soal kerudung," kata Yenny saat
Medcom.id mewawancarainya pekan lalu di bilangan Jakarta.
Putri kedua Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini justru heran kenapa banyak orang Indonesia mempertanyakan gaya berkerudungnya. Dari pengalamannya berkunjung ke sejumlah negara Islam, perempuan tak berpenutup disikapi biasa saja.
"Biasa saja,
gituloh. Tapi di sini, seolah-olah kalau
gak pake kerudung
gak masuk surga," kata dia.
Bahkan, banyak yang menuding jika gaya berkerudungnya akan membawanya masuk ke neraka. "Mereka bilang begitu (masuk neraka). Nah, padahal nenek saya, buyut saya, nenek-nenek zaman dulu, bahkan mungkin neneknya orang yang mengkritik saya, kerudungnya pun seperti saya."
"Masa sih saya mengatakan bahwa mereka semua juga (ikut) masuk neraka?" kata dia melanjutkan.
Foto: Akun Twitter @yennywahid
Atas dasar pemahaman neraka ini, Yenny lantas menegaskan akan mempertahankan gaya berkerudungnya. "Karena saya (ingin) membela hak nenek-nenek saya. Hak buyut saya. Untuk tak dikatakan bahwa mereka akan masuk neraka."
Kalaupun tetap dicap ahli neraka, Yenny mengaku santai. "
Gak apa-apa.
Rame-rame jadi (masuk neraka) nanti," katanya sambil tertawa.
Pengalaman Maldives
Perkara kerudung ini ternyata cukup menyita perhatian Yenny. Apalagi di masyarakat sudah terpatri keyakinan jika anak perempuan yang tak memakai kerudung maka ayahnya akan masuk neraka.
"Saya katakan, di Islam tidak ada
loh dosa di-
transfer. Bapak dosa sendiri, anak dosa sendiri.
Gak ada urusannya. Ini bagaimana logikanya?" kata dia.
Yenny justru prihatin dengan perempuan yang merasa tertekan karena adanya stigma itu. Kecuali, perempuan itu memang memakai kerudung atas kesadaran sendiri.
Foto: Medcom.id/Nur Azizah
Yenny punya pengalaman saat berbincang dengan Wakil Menteri Agama Maldives. Di negara itu, 99 persen warganya muslim.
Si pejabat mengatakan Maldives dulu amat plural. "Dulu di negara kami kerudungnya begitu," kata Yenny, menirukan pernyataan wakil menteri agama Maldives. Saat itu, sang wakil menteri menunjuk gaya berkerudung peneliti Wahid Foundation ini.
Saat ini, kata Yenny merujuk keterangan wakil menteri, perdebatan di Maldives berkutat soal apakah perempuan harus bercadar atau tidak. Yenny memandang hal itu karena adanya pengaruh Wahabi Salafi--gerakan yang menggagas pemurnian akidah.
"Wah, kalau Indonesia jadi seperti itu (Maldives) gawat.
Gak apa-apa deh,
biarin gua diserang. Yang penting
gua begini aja (gaya berkerudungnya) karena ini untuk pertahanan kita. Kalau gak dilawan, siapa lagi yang berani melawan."
Merujuk Afganistan yang merupakan negara muslim, Yenny kembali mengomentari, "Jilbabnya
first lady Afganistan juga jatuh-jatuh. Biasa saja. Afganistan
loh yang ada Talibannya," kata dia kembali disertai tawa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)