Jakarta: Politikus senior Partai Golkar Yorrys Raweyai menilai Airlangga Hartarto telah gagal dalam memimpin Golkar. Hal itu didasarkan pada penurunan jumlah kursi yang diraih Golkar di Parlemen.
"Wacana sekarang yang berkembang terhadap kepemimpinan Airlangga. Saya (juga) di dalamnya apa yang kita dengungkan, dan apa yang menjadi komitmen pada saat Airlangga jadi (ketua umum), dalam politik hari ini ternyata gagal," kata Yorrys di Gado-Gado Boplo, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu 22 Juni 2019.
Partai Golkar sejatinya menargetkan penambahan 15 kursi di parlemen pada Pileg 2019 atau setara 110 kursi. Kalkulasi itu didapatkan dari dukungan politik kepada pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
"Itu komitmen kita yang menjadi target dan itu yang selalu kita lakukan konsolidasi. Ternyata hasil ini bukan kita mempertahankan 91 kursi itu saja, tetapi mengalami penurunan," ujar Yorrys.
Baca: Aktivis Muda Golkar Tolak Percepatan Munas
Dalam politik, terang dia, ukuran keberhasilan bukan seberapa besar perolehan suara tetapi kursi yang didapatkan. Perolehan kursi Golkar di Senayan menurun dari 91 kursi menjadi 85 kursi.
"Konsekuensi logis (kalau ada desakan munas) dalam suatu kepengurusan, apalagi Golkar sebagai partai yang modern yang dimiliki oleh semua stakrholder Golkar," ujar Yorrys.
Evaluasi menyeluruh perlu dilakukan oleh Golkar agar tetap eksis di 2024. Ia yakin Golkar memiliki pengalaman yang cukup panjang pada proses peralihan kepemimpinan.
"Golkar memiliki pengalaman politik yang ckup panjang dan mampu dalam masa reformasi mengalami berbagai macam turbelensi politik dan itu bisa diakhiri dengan baik," pungkasnya.
Jakarta: Politikus senior Partai Golkar Yorrys Raweyai menilai Airlangga Hartarto telah gagal dalam memimpin Golkar. Hal itu didasarkan pada penurunan jumlah kursi yang diraih Golkar di Parlemen.
"Wacana sekarang yang berkembang terhadap kepemimpinan Airlangga. Saya (juga) di dalamnya apa yang kita dengungkan, dan apa yang menjadi komitmen pada saat Airlangga jadi (ketua umum), dalam politik hari ini ternyata gagal," kata Yorrys di Gado-Gado Boplo, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu 22 Juni 2019.
Partai Golkar sejatinya menargetkan penambahan 15 kursi di parlemen pada Pileg 2019 atau setara 110 kursi. Kalkulasi itu didapatkan dari dukungan politik kepada pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
"Itu komitmen kita yang menjadi target dan itu yang selalu kita lakukan konsolidasi. Ternyata hasil ini bukan kita mempertahankan 91 kursi itu saja, tetapi mengalami penurunan," ujar Yorrys.
Baca: Aktivis Muda Golkar Tolak Percepatan Munas
Dalam politik, terang dia, ukuran keberhasilan bukan seberapa besar perolehan suara tetapi kursi yang didapatkan. Perolehan kursi Golkar di Senayan menurun dari 91 kursi menjadi 85 kursi.
"Konsekuensi logis (kalau ada desakan munas) dalam suatu kepengurusan, apalagi Golkar sebagai partai yang modern yang dimiliki oleh semua stakrholder Golkar," ujar Yorrys.
Evaluasi menyeluruh perlu dilakukan oleh Golkar agar tetap eksis di 2024. Ia yakin Golkar memiliki pengalaman yang cukup panjang pada proses peralihan kepemimpinan.
"Golkar memiliki pengalaman politik yang ckup panjang dan mampu dalam masa reformasi mengalami berbagai macam turbelensi politik dan itu bisa diakhiri dengan baik," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)
