Jakarta: Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengingatkan agar masyarakat menjaga toleransi apalagi Indonesia akan memasuki tahun politik. Mahfud menuturkan sering kali saat pemilihan umum (pemilu) hal yang ditonjolkan adalah perbedaan primordial, bukan pertarungan visi dan misi.
“Saya tidak tahu ya kalau kita mau pemilu urusan-urusan perbedaan kadangkala, perbedaan primordial yang dijadikan alasan, bukan malah program,” ujarnya dalam Halalbihalal Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dikutip dari YouTube Kemenko Polhukam, Sabtu, 13 Mei 2023.
Lebih lanjut Mahfud menuturkan siapapun berhak mencalonkan diri menjadi calon presiden asalkan memenuhi syarat seperti yang diatur dalam peraturan perundang-undangan serta tidak melanggar konstitusi. Soal menggunakan kendaraan politik dari partai manapun menurutnya hal yang sah.
“Yang penting semua anak bangsa memenuhi syarat konstitusi, memenuhi syarat perundang-undangan, kita biarkan untuk bersaing. Kita masing-masing punya dukungan enggak apa-apa,” ucapnya.
Perbedaan, ujarnya, merupakan hal yang fitrah atau pemberian dari Tuhan. Oleh karena itu, menurutnya lebih baik apabila seluruh bangsa bersatu fokus bekerja sama. Dalam pemilu, imbuhnya, tidak perlu bertengkar karena adanya perbedaan.
“Mari bersatu dalam visi dan nilai perjuangan yang sama. Pemilu misalnya tidak ada pemilu menurut Kristen atau Islam, pemilu hukumnya sama. Kenapa kita bertengkar dengan hal yang berbeda sedikit sedangkan yang lain bisa dikerjasamakan,” ucap Mahfud.
Indonesia, jelas Mahfud, merupakan negara religious nation state atau negara kebangsaan yang berketuhanan. Adapun cirinya, beragama atau berketuhanan dan Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda.
“Itulah sebabnya kita menyebut Indonesia sebagai religious nation state bukan Islamic nation state. Tuhan kita berbeda-beda di antara pemeluk agama dan di situ kita dipersatukan oleh perbedaan,” tutur Mahfud.
Ciri lain dari negara berketuhanan, menurutnya toleran terhadap perbedaan dengan menganggap perbedaan adalah ciptaan Tuhan. Lalu ciri lainnya, sebut dia, adalah masyarakat yang kosmopolitan atau punya sikap kewargaannya.
“Kita berbeda dalam banyak hal tapi satu dalam kehidupan bersama, merasa sewarga,” ucapnya.
Ia mengingatkan agar masyarakat yang memeluk agama mayoritas tidak boleh sewenang-wenang terhadap minoritas. Tetapi bisa bekerja sama membangun bangsa.
Mahfud juga menuturkan bahwa organisasi-organisasi Islam besar di Indonesia juga telah berpandangan bahwa umat Islam dalam bernegara mengambil sikap wasathiyah, Islam yang garis tengah, adil, toleran, dan reformatif.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Jakarta: Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam)
Mahfud MD mengingatkan agar masyarakat menjaga
toleransi apalagi Indonesia akan memasuki tahun politik. Mahfud menuturkan sering kali saat pemilihan umum (pemilu) hal yang ditonjolkan adalah perbedaan primordial, bukan pertarungan visi dan misi.
“Saya tidak tahu ya kalau kita mau pemilu urusan-urusan perbedaan kadangkala, perbedaan primordial yang dijadikan alasan, bukan malah program,” ujarnya dalam Halalbihalal Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dikutip dari YouTube Kemenko Polhukam, Sabtu, 13 Mei 2023.
Lebih lanjut Mahfud menuturkan siapapun berhak mencalonkan diri menjadi calon presiden asalkan memenuhi syarat seperti yang diatur dalam peraturan perundang-undangan serta tidak melanggar konstitusi. Soal menggunakan kendaraan politik dari partai manapun menurutnya hal yang sah.
“Yang penting semua anak bangsa memenuhi syarat konstitusi, memenuhi syarat perundang-undangan, kita biarkan untuk bersaing. Kita masing-masing punya dukungan enggak apa-apa,” ucapnya.
Perbedaan, ujarnya, merupakan hal yang fitrah atau pemberian dari Tuhan. Oleh karena itu, menurutnya lebih baik apabila seluruh bangsa bersatu fokus bekerja sama. Dalam pemilu, imbuhnya, tidak perlu bertengkar karena adanya perbedaan.
“Mari bersatu dalam visi dan nilai perjuangan yang sama.
Pemilu misalnya tidak ada pemilu menurut Kristen atau Islam, pemilu hukumnya sama. Kenapa kita bertengkar dengan hal yang berbeda sedikit sedangkan yang lain bisa dikerjasamakan,” ucap Mahfud.
Indonesia, jelas Mahfud, merupakan negara
religious nation state atau negara kebangsaan yang berketuhanan. Adapun cirinya, beragama atau berketuhanan dan Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda.
“Itulah sebabnya kita menyebut Indonesia sebagai
religious nation state bukan
Islamic nation state. Tuhan kita berbeda-beda di antara pemeluk agama dan di situ kita dipersatukan oleh perbedaan,” tutur Mahfud.
Ciri lain dari negara berketuhanan, menurutnya toleran terhadap perbedaan dengan menganggap perbedaan adalah ciptaan Tuhan. Lalu ciri lainnya, sebut dia, adalah masyarakat yang kosmopolitan atau punya sikap kewargaannya.
“Kita berbeda dalam banyak hal tapi satu dalam kehidupan bersama, merasa sewarga,” ucapnya.
Ia mengingatkan agar masyarakat yang memeluk agama mayoritas tidak boleh sewenang-wenang terhadap minoritas. Tetapi bisa bekerja sama membangun bangsa.
Mahfud juga menuturkan bahwa organisasi-organisasi Islam besar di Indonesia juga telah berpandangan bahwa umat Islam dalam bernegara mengambil sikap wasathiyah, Islam yang garis tengah, adil, toleran, dan reformatif.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(END)