Jakarta: Program revolusi mental yang digaungkan Presiden Joko Widodo dinilai tidak pernah berjalan. Bahkan, terkesan Presiden melupakan program tersebut.
"Hampir sama sekali tidak berjalan, bahkan dilupakan. Ini slogan saja," ujar Ketua DPP Partai NasDem Effendy Choirie dalam Primetime News Metro TV, dilansir Senin, 17 Juli 2023.
Gus Choi, sapaan Effendy Choirie, menjelaskan program revolusi mental merupakan salah satu alasan NasDem mendukung Jokowi dalam dua kali pemilihan presiden (pilpres). Pasalnya, ada kesamaan antara revolusi mental ala Jokowi dan gerakan perubahan yang diusung NasDem.
"Ketika kita mendukung Jokowi selain ada faktor lain, faktor prinsip adalah visi dan cara pandang yang sama. salah satunya revolusi mental," ucap dia.
Menurut dia, revolusi mental sangat penting untuk menjadikan Indonesia sebagai negara besar dan terhormat. Sebab, semua perbaikan harus dimulai dari mental.
Namun, pada kenyataannya revolusi mental itu tak pernah tercermin dalam kebijakan pemerintah. Buktinya, kata dia, pemerintah cenderung mengambil keputusan berdasarkan kepentingan keluarga atau kelompoknya, bukan kepentingan rakyat.
"Itu (revolusi mental) tidak tercermin di pemerintahan sekarang. Karena dipengaruhi penyakit pragmatisme, penyakit untuk kepentigan keluargaya, kepentingan kelompoknya," kata dia.
Jakarta: Program revolusi mental yang digaungkan Presiden
Joko Widodo dinilai tidak pernah berjalan. Bahkan, terkesan Presiden melupakan program tersebut.
"Hampir sama sekali tidak berjalan, bahkan dilupakan. Ini slogan saja," ujar Ketua DPP
Partai NasDem Effendy Choirie dalam
Primetime News Metro TV, dilansir Senin, 17 Juli 2023.
Gus Choi, sapaan Effendy Choirie, menjelaskan program revolusi mental merupakan salah satu alasan NasDem mendukung Jokowi dalam dua kali pemilihan presiden (pilpres). Pasalnya, ada kesamaan antara revolusi mental ala Jokowi dan gerakan perubahan yang diusung NasDem.
"Ketika kita mendukung Jokowi selain ada faktor lain, faktor prinsip adalah visi dan cara pandang yang sama. salah satunya revolusi mental," ucap dia.
Menurut dia, revolusi mental sangat penting untuk menjadikan Indonesia sebagai negara besar dan terhormat. Sebab, semua perbaikan harus dimulai dari mental.
Namun, pada kenyataannya revolusi mental itu tak pernah tercermin dalam kebijakan pemerintah. Buktinya, kata dia, pemerintah cenderung mengambil keputusan berdasarkan
kepentingan keluarga atau kelompoknya, bukan kepentingan rakyat.
"Itu (revolusi mental) tidak tercermin di pemerintahan sekarang. Karena dipengaruhi penyakit pragmatisme, penyakit untuk kepentigan keluargaya, kepentingan kelompoknya," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)