Salah satu dampak paling nyata yang dirasakan akibat perang ialah rusaknya rantai pasok pangan global, terutama yang melibatkan Rusia dan Ukraina. Kedua negara tersebut adalah produsen sekaligus penyuplai gandum utama di dunia. Rusia juga dikenal sebagai salah satu pemain terbesar dalam industri pupuk global.
“Kita harus segera bertindak cepat mencari solusi konkret. Produksi pangan harus ditingkatkan. Rantai pasok pangan dan pupuk global harus kembali normal,” ujar Jokowi di Elmau, Jerman, Senin, 27 Juni 2022.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Jika pertikaian terus berlanjut dan krisis pangan tidak bisa teratasi, ratusan juta penduduk dunia, terutama di negara-negara miskin dan berkembang, akan jatuh ke jurang kelaparan dan kemiskinan ekstrem.
Menurut World Food Programme, ada 323 juta orang di 2022 yang terancam menghadapi kerawanan pangan akut. Presiden Jokowi menilai G7 dan G20 memiliki tanggung jawab besar mengatasi krisis pangan ini.
"Mari kita tunaikan tanggung jawab kita, sekarang, dan mulai saat ini,” tegas dia.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menjelaskan Presiden Jokowi melakukan sembilan pertemuan bilateral. Yaitu, pertemuan dengan PM India Narendra Damodardas Modi, Presiden Perancis Emmanuel Jean-Michel Frédéric Macron, dan PM Kanada Justin Pierre James Trudeau.
Lalu, Kanselir Jerman Olaf Scholz, PM Inggris Alexander Boris de Pfeffel Johnson, PM Jepang Fumio Kishida, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Presiden Dewan Eropa Charles Michel, dan manajemen karakter International Monetary Fund (IMF).
Baca: G7 Kutuk Serangan Rudal Rusia di Mal Ukraina yang Tewaskan Warga Sipil |
Retno memastikan di dalam semua pertemuan itu, Kepala Negara betul-betul menaruh perhatian besar terhadap konflik yang berkecamuk di Eropa Timur. Presiden Jokowi berharap para pemimpin negara dan organisasi internasional memiliki semangat yang sama untuk membantu menyudahi persoalan di sana.
"Isu perang dibahas di semua pertemuan bilateral. Presiden menekankan bahwa waktu kita tidak panjang untuk menyelesaikan gangguan rantai pasok pangan yang menyebabkan kelangkaan dan kenaikan harga pangan dan pupuk. Jika dunia tidak bersatu, yang paling akan merasakan dampaknya adalah ratusan juta atau bahkan miliaran penduduk negara berkembang," terang Retno.