Jakarta: Mantan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla mengatakan partai menengah akan mengambil peran besar dalam menentukan sosok calon presiden (capres) 2024. Sebab, partai menengah akan berkoalisi untuk memenuhi ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold 20 persen.
"Siapa yang jadi calon itu bukan partai besar tapi partai menengah," ujar JK dalam Seminar Kebangsaan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Partai NasDem, di Golden Ballroom Hotel Sultan, Jakarta, Kamis, 16 Juni 2022.
Baca: Surya Paloh Berencana Menemui 3 Capres Hasil Usulan Rakernas NasDem
Kendati demikian, JK menilai ambang batas 20 persen cukup berat dipenuhi. Saat ini, partai yang berhasil memenuhi angka tersebut, kata JK, justru memiliki capres yang elektabilitasnya rendah.
"(Sedangkan) yang punya elektabilitas tinggi tapi tidak ada partainya, bagaimana menggabungkan dua hal ini, elektabilitas tinggi partainya cukup (memenuhi ambang batas)," jelasnya.
JK menekankan kondisi tersebut akan membuat kondisi politik Indonesia menjadi romantis di 2022. Sebab, saat ini partai politik (parpol) mulai memilih sosok capres yang bakal diusung.
"Kenapa saya katakan romantis, karena sama dengan orang pacaran, mencari pasangan yang cocok yang memenuhi syarat, dan ini lobi, cari pasangan. Itulah suasan politik kita, kadang-kadang romantis, kadang-kadang keras. Tapi ujungnya tentu siapa yang terbaik yang terpilih," ungkap dia.
Jakarta: Mantan Wakil Presiden (Wapres)
Jusuf Kalla mengatakan partai menengah akan mengambil peran besar dalam menentukan sosok calon presiden (
capres) 2024. Sebab, partai menengah akan berkoalisi untuk memenuhi ambang batas pencalonan presiden atau
presidential threshold 20 persen.
"Siapa yang jadi calon itu bukan partai besar tapi partai menengah," ujar JK dalam Seminar Kebangsaan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Partai NasDem, di Golden Ballroom Hotel Sultan, Jakarta, Kamis, 16 Juni 2022.
Baca:
Surya Paloh Berencana Menemui 3 Capres Hasil Usulan Rakernas NasDem
Kendati demikian, JK menilai ambang batas 20 persen cukup berat dipenuhi. Saat ini, partai yang berhasil memenuhi angka tersebut, kata JK, justru memiliki capres yang elektabilitasnya rendah.
"(Sedangkan) yang punya elektabilitas tinggi tapi tidak ada partainya, bagaimana menggabungkan dua hal ini, elektabilitas tinggi partainya cukup (memenuhi ambang batas)," jelasnya.
JK menekankan kondisi tersebut akan membuat kondisi politik Indonesia menjadi romantis di 2022. Sebab, saat ini
partai politik (parpol) mulai memilih sosok capres yang bakal diusung.
"Kenapa saya katakan romantis, karena sama dengan orang pacaran, mencari pasangan yang cocok yang memenuhi syarat, dan ini lobi, cari pasangan. Itulah suasan politik kita, kadang-kadang romantis, kadang-kadang keras. Tapi ujungnya tentu siapa yang terbaik yang terpilih," ungkap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)