Mahfuz Siddiq--MI/Mohamad Irfan
Mahfuz Siddiq--MI/Mohamad Irfan

Ketua Komisi I: ISIS Harus Dipahami Utuh

Githa Farahdina • 16 November 2015 11:22
medcom.id, Jakarta: Kasus teror di Paris, Prancis, tak bisa dibenarkan atas alasan apapun. Semua pihak harus mengutuk dan bekerja sama agar kejadian serupa tak berulang kembali di masa depan.
 
Ketua Komisi I Mahfudz Siddiq meminta semua pihak tidak setengah-setengah memahami kasus yang melibatkan ISIS. "ISIS memang harus dilihat secara utuh dalam konteks konflik di Timur Tengah," kata Mahfudz di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (16/11/2015).
 
Tindakan ISIS, terang politikus PKS ini, adalah cara menyeret Eropa terlibat lebih jauh dalam konflik Timur Tengah. Banyak tujuan yang menumpang di belakangnya. Salah satunya untuk mengimbangi Rusia yang mulai masuk ke Suriah.

Lalu apa kaitannya dengan Indonesia? Mahfudz melihat setidaknya ada dua keterkaitan kasus ISIS dengan Indonesia. Pertama, konflik Timur Tengah yang multifaktor dan multiaktor cenderung diperluas ke kawasan Lain.
 
"Eropa diajak, Turki sudah terlibat. Asia Selatan dan Tenggara, negeri mayoritas Muslim (bisa menjadi target). Kalau masuk Asia Tenggara, complicated! Apalagi ada potensi konflik besar lain, yakni Laut China Selatan," terang Mahfudz.
 
Kedua, peta persoalan Timur Tengah harus dipahami, termasuk mengidentifikasi faktor yang mungkin bisa dimanipulasi pihak lain sebagai sumber perluasan konflik. Misal, di Timur Tengah ada Sunni dan Syiah yang berkonflik. Di Indonesia pun dua aliran ini ada dan bukan tak mungkin menjadi besar konfliknya.
 
"Di Timur Tengah melibatkan elemen radikal, di kita juga ada. Di Timur Tengah ada konflik terkait gerakan antirezim penguasa, di kita mungkin benihnya ada. Di Timur Tengah konflik melibatkan faktor sentimen negatif terhadap kekuatan barat, di Indonesia ada juga," jelasnya.
 
Mahfudz mengaku berkali-kali menyimak pernyataan Ketua BNPT Saud Usman Nasution yang mayoritas membicarakan ISIS. Melihat konteks Timur Tengah dan sesuai analisis pejabat Amerika Serikat maupun Arab Saudi, ISIS merupakan false flag (bendera palsu).
 
"Artinya, ISIS ini instrumen yang diciptakan dan dipakai pihak lain untuk menciptakan konflik besar sehingga yang disalahkan ISIS-nya," kata Mahfudz.
 
Padahal, jelas Mahfudz, di belakang ISIS ada invisible hand yang meng-create ISIS untuk agenda tertentu. Indonesia tak boleh abai. Perluasan ancaman ISIS tak bisa dipandang sebelah mata. Titik beratnya bukan pada ISIS, tapi pada potensi gerakan serupa yang mungkin terjadi di negeri ini.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(YDH)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan