?Jakarta: Berbagai pihak mengkritik aksi Presiden Joko Widodo yang dinilai mencederai demokrasi. Beberapa hari lalu, guru besar UGM turut membuat petisi terhadap Jokowi. Aktivis HAM, Haris Azhar mengatakan, langkah tersebut ?sebenarnya agak telat,? karena ?seharusnya telah dilakukan dari dulu.
“Telat ini, seharusnya kampus sudah dari berbulan-bulan lalu, bertahun-tahun lalu. Hari ini kalau mau pake konteks Pemilu, tim 01 dan 03 sudah turun kemana-mama untuk mengantisipasi kekurangan yang berpotensi terjadi,” kata Azhar dalam tayangan Metro TV, 2 Februari 2024.
Melihat situasi para akademisi telah turun dalam mengkritik Jokowi, Azhar mengatakan ada dua kontradiktif. Pertama dirinya mengapresiasi, yang kedua menurutnya telat, karena tidak akan berdampak banyak terhadap demokrasi yang terjadi.
“Berupaya untuk menebalkan sa?ja, menebalkan narasi ayo kita sama-sama waspada, tapi kewaspadaan itu sudah jauh-jauh hari diantisipasi,” ucap Azhar.
Menurut Azhar tugas akademisi tak sampai pada mengkritisi, melainkan merenungi selama ini kesalahannya apa, sehingga membiarkan rezim yang semena-mena.? Meskipun kritik telah disampaikan, ?ia menyebut, presiden tidak akan mendengarkan siapa-siapa.
“Karena proses dia mendengarkan akademisi itu beberapa tahun lalu, hari ini dia sudah tidak mendengarkan akademisi, dia mendengarkan imajinasinya. Imajinasinya anaknya menjadi Cawapres,” ?u?ngkapnya.
?Jakarta: Berbagai pihak mengkritik aksi Presiden
Joko Widodo yang dinilai mencederai demokrasi. Beberapa hari lalu, guru besar UGM turut membuat petisi terhadap Jokowi. Aktivis HAM,
Haris Azhar mengatakan, langkah tersebut ?sebenarnya agak telat,? karena ?seharusnya telah dilakukan dari dulu.
“Telat ini, seharusnya kampus sudah dari berbulan-bulan lalu, bertahun-tahun lalu. Hari ini kalau mau pake konteks Pemilu, tim 01 dan 03 sudah turun kemana-mama untuk mengantisipasi kekurangan yang berpotensi terjadi,” kata Azhar dalam tayangan Metro TV, 2 Februari 2024.
Melihat situasi para akademisi telah turun dalam mengkritik Jokowi, Azhar mengatakan ada dua kontradiktif. Pertama dirinya mengapresiasi, yang kedua menurutnya telat, karena tidak akan berdampak banyak terhadap demokrasi yang terjadi.
“Berupaya untuk menebalkan sa?ja, menebalkan narasi ayo kita sama-sama waspada, tapi kewaspadaan itu sudah jauh-jauh hari diantisipasi,” ucap Azhar.
Menurut Azhar tugas akademisi tak sampai pada mengkritisi, melainkan merenungi selama ini kesalahannya apa, sehingga membiarkan rezim yang semena-mena.? Meskipun kritik telah disampaikan, ?ia menyebut, presiden tidak akan mendengarkan siapa-siapa.
“Karena proses dia mendengarkan akademisi itu beberapa tahun lalu, hari ini dia sudah tidak mendengarkan akademisi, dia mendengarkan imajinasinya. Imajinasinya anaknya menjadi Cawapres,” ?u?ngkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(END)