medcom.id, Jakarta: Belum diterbitkannya SK Kepengurusan PPP hasil Muktamar Jakarta membuat Djan Faridz sebagai pimpinannya menjadi puitis.
"Situasi sekarang ini tidak jauh seperti yang sudah digambarkan Tjokroaminoto dalam sajaknya bahwa orang dapat menyuruhnya kerja dan memakan dagingnya. Tapi, kalau mereka tahu hak-haknya, orang pun akan menamakannya pongah karena tidak mau ditindas," kata Djan, Rabu (20/1/2016).
Djan mengutip sajak guru bangsa Haji Oemar Said Tjokroaminoto yang berjudul "Doenia Bergerak" yang pernah ngetop pada 1914. Sajak tersebut menggambarkan bagaimana keadaan bangsa masa itu: Lelap terus, dan kau pun dipuji sebagai bangsa terlembut di dunia. Darahmu dihisap dan dagingmu dilahap sehingga hanya kulit tersisa.
"Apa yang terjadi di 2016 ini, sama seperi apa yang digambarkan Tjokroaminoto dengan situasi yang terjadi pada 1914 itu," kata Djan mencoba menarik simpulan.
Reaksi Djan ini adalah buntut dari belum kunjung terbitnya Surat Keputusan (SK) Kepengurusan PPP hasil Muktamar Jakarta oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Padahal, Mahkamah Agung sudah memutuskan bahwa PPP hasil Muktamar Jakarta, sebagai pemohon, memenangi gugatan atas PPP hasil Muktamar Surabaya pimpinan Romahurmuziy.
Dengan keputusan itu otomatis surat Menhuk dan HAM No M.HH-07.AH.11.01 Tahun 2014 tentang Pengesahan Perubahan Susunan Kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan kubu Romahurmuziy belum dapat dilaksanakan. Kemenkumham pun sudah mencabut SK kepengurusan PPP Muktamar Surabaya.
"Belum terbitnya SK, merupakan bentuk penindasan terorganisasi oknum pemerintah," ujar Djan.
medcom.id, Jakarta: Belum diterbitkannya SK Kepengurusan PPP hasil Muktamar Jakarta membuat Djan Faridz sebagai pimpinannya menjadi puitis.
"Situasi sekarang ini tidak jauh seperti yang sudah digambarkan Tjokroaminoto dalam sajaknya bahwa orang dapat menyuruhnya kerja dan memakan dagingnya. Tapi, kalau mereka tahu hak-haknya, orang pun akan menamakannya pongah karena tidak mau ditindas," kata Djan, Rabu (20/1/2016).
Djan mengutip sajak guru bangsa Haji Oemar Said Tjokroaminoto yang berjudul "Doenia Bergerak" yang pernah
ngetop pada 1914. Sajak tersebut menggambarkan bagaimana keadaan bangsa masa itu: Lelap terus, dan kau pun dipuji sebagai bangsa terlembut di dunia. Darahmu dihisap dan dagingmu dilahap sehingga hanya kulit tersisa.
"Apa yang terjadi di 2016 ini, sama seperi apa yang digambarkan Tjokroaminoto dengan situasi yang terjadi pada 1914 itu," kata Djan mencoba menarik simpulan.
Reaksi Djan ini adalah buntut dari belum kunjung terbitnya Surat Keputusan (SK) Kepengurusan PPP hasil Muktamar Jakarta oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Padahal, Mahkamah Agung sudah memutuskan bahwa PPP hasil Muktamar Jakarta, sebagai pemohon, memenangi gugatan atas PPP hasil Muktamar Surabaya pimpinan Romahurmuziy.
Dengan keputusan itu otomatis surat Menhuk dan HAM No M.HH-07.AH.11.01 Tahun 2014 tentang Pengesahan Perubahan Susunan Kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan kubu Romahurmuziy belum dapat dilaksanakan. Kemenkumham pun sudah mencabut SK kepengurusan PPP Muktamar Surabaya.
"Belum terbitnya SK, merupakan bentuk penindasan terorganisasi oknum pemerintah," ujar Djan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)