Jakarta: Poros ketiga dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 belum memperlihatkan manuver politiknya. Partai politik (parpol) dianggap kurang bernyali untuk membentuk poros ketiga.
"Makanya selama sepuluh tahun belakangan ini hanya ada dua poros," ujar Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, kepada Medcom.id, Senin, 20 Desember 2021.
Menurut dia, setiap partai politik sibuk mengonsolidasikan mesin partai untuk menghadapi pesta demokrasi nasional. Selain itu, kendati dapat memenuhi ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold 20 persen, parpol kekurangan figur untuk diusung.
Baca: Revisi UU Pemilu Berpotensi Ganggu Tahapan Pemilu 2024
Hal senada diungkapkan pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin. Ia menilai parpol yang berencana menjadi poros ketiga masih malu-malu unjuk gigi.
"Dasarnya seharusnya agar bisa memunculkan figur-figur capres alternatif," kata Ujang.
Ujang mengatakan keberadaan poros ketiga penting untuk menyejukkan suhu politik. Berkaca saat Pemilihan Umum (Pemilu) 2019, perpecahan serius muncul di tengah masyarakat.
"Jika ada poros ketiga, maka polarisasi di tengah masyarakat bisa dihindari," beber Ujang.
Jakarta: Poros ketiga dalam Pemilihan Presiden (
Pilpres) 2024 belum memperlihatkan manuver politiknya. Partai politik (parpol) dianggap kurang bernyali untuk membentuk poros ketiga.
"Makanya selama sepuluh tahun belakangan ini hanya ada dua poros," ujar Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, kepada
Medcom.id, Senin, 20 Desember 2021.
Menurut dia, setiap partai politik sibuk mengonsolidasikan mesin partai untuk menghadapi pesta demokrasi nasional. Selain itu, kendati dapat memenuhi ambang batas pencalonan
presiden atau
presidential threshold 20 persen, parpol kekurangan figur untuk diusung.
Baca:
Revisi UU Pemilu Berpotensi Ganggu Tahapan Pemilu 2024
Hal senada diungkapkan pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin. Ia menilai parpol yang berencana menjadi poros ketiga masih malu-malu unjuk gigi.
"Dasarnya seharusnya agar bisa memunculkan figur-figur capres alternatif," kata Ujang.
Ujang mengatakan keberadaan poros ketiga penting untuk menyejukkan suhu politik. Berkaca saat Pemilihan Umum (
Pemilu) 2019, perpecahan serius muncul di tengah masyarakat.
"Jika ada poros ketiga, maka polarisasi di tengah masyarakat bisa dihindari," beber Ujang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)