Jakarta: Pertemuan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyiratkan pentingnya menjaga persatuan. Pertemuan itu dinilai penting sebagai upaya penyelamatan bangsa dari ancaman perpecahan.
Direktur Said Aqil Siroj Institute (SAS Institute) M. Imdadun Rahmat mengatakan, silaturrahmi itu mendorong percepatan kesejahteraan rakyat dan keadilan sosial.
Sebagai organisasi Islam terbesar, NU dan Muhammadiyah menjadi benteng kebangsaan, sekaligus kekuatan civil society yang memiliki modal sosial besar bagi pembangunan ekonomi rakyat dan agenda mengurangi kesenjangan.
"Optimisme umat Muslim dan rakyat Indonesia perlu terus dibangkitkan. Para tokoh seharusnya tidak menyebarkan rasa putus asa sosial. Hal itu akan memberi angin pada potensi konflik dan perpecahan," kata Imadadun, Senin, 26 Maret 2017.
Imdadun mengatakan, data dari berbagai survey menununjukkan adanya penurunan komitmen kebangsaan, termasuk generasi muda. Ada beberapa pihak yang menyebut Indonesia untuk diganti sistem khilafah membuat persoalan ini semakin nyata.
"Kalau kondisi ini dikipas dengan pernyataan tokoh penting bahwa Indonesia akan bubar 2030, agenda khilafah bisa makin kuat. Ini berbahaya," ujar Imdadun.
Imdadun menilai penegasan pentingnya keseimbangan antara komitmen pada agama dan bangsa oleh Said Aqil Siroj harus digemakan. Sebab, banyak pihak yang mempertentangkan antara perjuangan agama dan perjuangan bangsa.
Dirinya menegaskan, tafsir perjuangan atas tanah air sejalan dengan yang dilakukan Presiden Jokowi. Mengurangi kesenjangan kaya - miskin, kota - desa, Jawa - luar Jawa.
Direktur International NGO Forum on Indonesia (INFID) Sugeng Bahagijo menyebut pertamuan NU dan Muhammadiyah sebagai wujud nyata dukungan moral dan sosial kepada pemerintah untuk memastikan pembangunan dan pemerataan aset sosial ekonomi.
Sugeng memaknai, konsep redistribusi aset yang dipaparkan Haedar Nashir bisa menjadi solusi atas masalah ketimpangan sosial ekonomi.
Menurutnya, sertifikasi lahan rakyat oleh pemerintah adalah kemajuan, serta signifikan di Indonesia. NU dan Muhammadiyah bisa menjadi garda terdepan dalam menjawab masalah ketimpangan di akar rumput.
"NU dan Muhammadiyah adalah aset paling berharga Indonesia. Saya yakin dengan pengaruh kekuatan moral NU-Muhammadiyah bersama mampu mengajak rakyat mengatasi masalah kemiskinan dan ketimpangan" kata Sugeng.
Jakarta: Pertemuan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyiratkan pentingnya menjaga persatuan. Pertemuan itu dinilai penting sebagai upaya penyelamatan bangsa dari ancaman perpecahan.
Direktur Said Aqil Siroj Institute (SAS Institute) M. Imdadun Rahmat mengatakan, silaturrahmi itu mendorong percepatan kesejahteraan rakyat dan keadilan sosial.
Sebagai organisasi Islam terbesar, NU dan Muhammadiyah menjadi benteng kebangsaan, sekaligus kekuatan
civil society yang memiliki modal sosial besar bagi pembangunan ekonomi rakyat dan agenda mengurangi kesenjangan.
"Optimisme umat Muslim dan rakyat Indonesia perlu terus dibangkitkan. Para tokoh seharusnya tidak menyebarkan rasa putus asa sosial. Hal itu akan memberi angin pada potensi konflik dan perpecahan," kata Imadadun, Senin, 26 Maret 2017.
Imdadun mengatakan, data dari berbagai survey menununjukkan adanya penurunan komitmen kebangsaan, termasuk generasi muda. Ada beberapa pihak yang menyebut Indonesia untuk diganti sistem khilafah membuat persoalan ini semakin nyata.
"Kalau kondisi ini dikipas dengan pernyataan tokoh penting bahwa Indonesia akan bubar 2030, agenda khilafah bisa makin kuat. Ini berbahaya," ujar Imdadun.
Imdadun menilai penegasan pentingnya keseimbangan antara komitmen pada agama dan bangsa oleh Said Aqil Siroj harus digemakan. Sebab, banyak pihak yang mempertentangkan antara perjuangan agama dan perjuangan bangsa.
Dirinya menegaskan, tafsir perjuangan atas tanah air sejalan dengan yang dilakukan Presiden Jokowi. Mengurangi kesenjangan kaya - miskin, kota - desa, Jawa - luar Jawa.
Direktur International NGO Forum on Indonesia (INFID) Sugeng Bahagijo menyebut pertamuan NU dan Muhammadiyah sebagai wujud nyata dukungan moral dan sosial kepada pemerintah untuk memastikan pembangunan dan pemerataan aset sosial ekonomi.
Sugeng memaknai, konsep redistribusi aset yang dipaparkan Haedar Nashir bisa menjadi solusi atas masalah ketimpangan sosial ekonomi.
Menurutnya, sertifikasi lahan rakyat oleh pemerintah adalah kemajuan, serta signifikan di Indonesia. NU dan Muhammadiyah bisa menjadi garda terdepan dalam menjawab masalah ketimpangan di akar rumput.
"NU dan Muhammadiyah adalah aset paling berharga Indonesia. Saya yakin dengan pengaruh kekuatan moral NU-Muhammadiyah bersama mampu mengajak rakyat mengatasi masalah kemiskinan dan ketimpangan" kata Sugeng.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(FZN)