Prof. Sumitro Djojohadikusumo. Foto: dokumentasi profilbos.com
Prof. Sumitro Djojohadikusumo. Foto: dokumentasi profilbos.com

Mengenang 100 Tahun Sumitro Djojohadikusumo

30 Mei 2017 06:07
medcom.id, Jakarta: Mengenang 100 tahun Sumitro Djojohadikusumo, Prabowo Subianto punya ingatan kuat bagaimana sang ayah mendidiknya. Prabowo mengaku banyak belajar nilai-nilai cinta tanah air dari sosok berjuluk begawan ekonomi Indonesia itu.
 
"Sumitro bagi kami adalah ayah, guru, dan mentor. Yang paling berkesan dan masih relevan untuk bangsa kita saat ini adalah pesannya, kita boleh berbeda pandangan secara politik, tetapi untuk kepentingan nasional kita harus bersatu,” ujar Prabowo dalam silaturahmi keluarga, kerabat, dan sahabat, Mengenang 100 Tahun Sumitro Djojohadikusumo, di Jakarta, kemarin.
 
Adik Prabowo, Hashim Djojohadikusumo, mengenang Sumitro sebagai tokoh yang meletakkan fondasi ekonomi Indonesia. “Indonesia membutuhkan teladan untuk membangun kembali kepercayaan diri bahwa kita bisa,” kata Hashim.

Sepanjang karirnya di pemerintahan, Sumitro berkali-kali dipercaya menjadi menteri. Menteri Perekonomian (1950-1951), Menteri Keuangan (1952-1953 dan 1955-1956), Menteri Perdagangan (1968-1973), dan Menteri Negara Riset (1973-1978). 
 
“Warisan penting Sumitro bagi Indonesia adalah pemikirannya tentang bagaimana mengembangkan ekonomi yang berpihak kepada rakyat,” kata Ketua Pengurus LP3S Dawam Rahardjo.
 
Dawam mengenang jasa Sumitro saat meluncurkan Sistem Ekonomi Gerakan Benteng. Sebuah program yang bertujuan mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional (pembangunan ekonomi Indonesia). 
 
“Sistem ini menumbuhkan pengusaha Indonesia. Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional,” kata Dawam.
 
Mengenang 100 tahun Sumitro ditandai dengan silaturahmi dan buka puasa bersama dihadiri keluarga besar Djohohadikusumo, kerabat, sahabat keluarga, dan mantan murid beliau.
 
Acara diawali dengan pameran berbagai foto kenangan, catatan pemikiran, karya, serta memorabilia Prof. Sumitro Djojohadikusumo.
 
Sumitro lahir di Kebumen, Jawa Tengah, 29 Mei 1917. Dia meninggal 9 Maret 2001 atau pada usia 83 tahun di Jakarta. Semasa hidupnya, sejak 1946-1978, Sumitro menduduki berbagai jabatan di pemerintahan dan juga berbagai karir di dunia internasional. Sumitro tercatat sebagai pendiri dan guru besar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
 
Sumitro menikah dengan Dora Sigar dan dianugerahi empat anak, yakni Biantiningsih Djiwandono, Maryani Lemaistre, Prabowo Subianto Djojohadikusumo, dan Hashim Sujono Djojohadikusumo. Dari anak-anaknya Sumitro memperoleh delapan cucu.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan