"Pertama potensi yang dapat mengancam proses tahapan Pemilu Serentak 2024," kata Stepi dalam dalam diskusi publik bertajuk Potensi Ancaman Menjelang 2024 oleh Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) di Semanggi, Jakarta, Jumat, 21 Oktober 2022.
Hal itu, kata dia, mulai dari aspek regulasi= hingga teknis. Dia menerangkan persoalan lain adalah irisan tahapan penyelenggaraan Pemilu 2024 yang berjalan bersamaan dengan pemilihan presiden dan wakil presiden, hingga potensi konflik masyarakat akar rumput.
"Itu efek dari faksionalisasi pilihan politik," ucap dia.
Kluster kedua, serangan siber. Dia memprediksi iklim politik 2024 akan lebih panas dari pemilu sebelumnya. Stepi menerangkan potensi cyber attack berpotensi menjadi gangguan dan terpola menyasar institusi pemerintah atau sejumlah lembaga negara.
"Seperti melakukan pencurian data dan merugikan masyarakat umum dan serangan yang tertuju langsung kepada institusi penyelenggara pemilu," ungkap dia.
Baca: Ditanya Soal Cawapres, Panglima TNI: Waduh Waduh Waduh |
Kluster ketiga, propaganda di ruang media sosial seperti penyebaran berita palsu, ujaran kebencian, hingga kampanye hitam. Keempat, ancaman dalam kluster ideologi yang meliputi radikalisme, terorisme, hingga separatisme.
"Kelima, ancaman yang disebabkan oleh efek dari perkembangan atau dinamika di kawasan maupun global. Seperti konflik Rusia-Ukraina, kelompok Taliban yang menguasai Afganistan, perang dagang Amerika dan Cina, hingga ancaman resesi global," beber dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id