medcom.id, Jakarta: Partai Golkar dan PPP diprediksi tidak akan mendapat banyak suara saat pilkada serentak tahun ini. Sebab, kedua partai itu terpecah dan belum menemukan kata sepakat.
Direktur Riset Polmark Indonesia, Eko Bambang Subiantoro mengatakan, konflik Golkar dan PPP menguntungkan partai lain. Kisruh itu akan dimanfaatkan parpol lain untuk mendulang suara.
"Kalau dibiarkan akan memengaruhi Pilkada. Partai yang tidak berkonflik akan menuai keuntungan," kata Eko dalam sebuah diskusi di Deresto, Plaza Festival, Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (12/4/2015).
Eko menjelaskan, parpol lain akan memanfaatkan kehacuran Golkar dan PPP dengan penggalangan konstituen. Sebab, PPP dan Golkar akan lemah dan tidak efektif dalam pilkada mendatang. Itu pun jika Komisi Pemilihan Umum (KPU) merestui keikutsertaan kedua partai tersebut.
Parpol lain akan menerapkan strategi tidak menambah musuh. Mereka akan mencuri hati pemilih, terutama derah pemilihan yang selama ini menjadi kantung suara Golkar dan PPP. Partai penguasa dituding membiarkan konflik itu berkepanjangan.
“Konflik partai otomatis mengurangi kontestan pilkada. Ada asumsi partai penguasa membiarkan pembelahan ini terjadi. Saya sulit melihat adanya agenda setting seperti itu," kata Eko.
medcom.id, Jakarta: Partai Golkar dan PPP diprediksi tidak akan mendapat banyak suara saat pilkada serentak tahun ini. Sebab, kedua partai itu terpecah dan belum menemukan kata sepakat.
Direktur Riset Polmark Indonesia, Eko Bambang Subiantoro mengatakan, konflik Golkar dan PPP menguntungkan partai lain. Kisruh itu akan dimanfaatkan parpol lain untuk mendulang suara.
"Kalau dibiarkan akan memengaruhi Pilkada. Partai yang tidak berkonflik akan menuai keuntungan," kata Eko dalam sebuah diskusi di Deresto, Plaza Festival, Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (12/4/2015).
Eko menjelaskan, parpol lain akan memanfaatkan kehacuran Golkar dan PPP dengan penggalangan konstituen. Sebab, PPP dan Golkar akan lemah dan tidak efektif dalam pilkada mendatang. Itu pun jika Komisi Pemilihan Umum (KPU) merestui keikutsertaan kedua partai tersebut.
Parpol lain akan menerapkan strategi tidak menambah musuh. Mereka akan mencuri hati pemilih, terutama derah pemilihan yang selama ini menjadi kantung suara Golkar dan PPP. Partai penguasa dituding membiarkan konflik itu berkepanjangan.
“Konflik partai otomatis mengurangi kontestan pilkada. Ada asumsi partai penguasa membiarkan pembelahan ini terjadi. Saya sulit melihat adanya agenda setting seperti itu," kata Eko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)