Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin. Foto: Antara/Puspa Perwitasari.
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin. Foto: Antara/Puspa Perwitasari.

Negara Harus Menjadi Penengah

Dheri Agriesta • 04 Oktober 2017 18:02
medcom.id, Jakarta: Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin menyebut kehidupan berbangsa sedang carut-marut karena Indonesia sedang berada dalam era keterbukaan sejak reformasi. Di satu sisi, seluruh pihak tak mampu menerapkan pendekatan yang pas dalam merawat kebinekaan dan keterbukaan di Indonesia.
 
"Seharusnya negara menjadi penengah, kekuatan penengah perantara dan pemersatu," kata Din di Kantor Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu 4 Oktober 2017.
 
Din mengatakan, penyelenggara negara akan gagal jika memihak kepala salah satu pihak berdasarkan kalkulasi politik. Oleh karena itu, Din mengusulkan, agar hiruk-pikuk bernegara diselesaikan. 

"Kita kembali ke nilai dasar kebangsaan kita, dan kedua negara, negara harus hadir. Ketiga, semua perlu kembali ke titik kejujuran," kata Din.
 
Menurut dia, ada pihak yang tak jujur dalam menjalankan amanatnya. Namun, ia tak memberi tahu secara rinci pihak-pihak yang dimaksud.
 
Dia hanya mengimbau, seluruh elite politik harus mengedepankan kejujuran dalam menjalankan tugas. "Kalau tidak jujur pada diri sendiri dan orang lain, ini yang membuat kekacauan seperti ini," kata dia.
 
Dia mengingatkan, ada banyak tantangan yang harus dihadapi pemerintah. Seluruh pihak harus bahu membahu menghadapi tantangan itu.
 
"Dalam keadaan seperti ini kita harus bersama-sama Bhinneka Tunggal Ika. Oleh karena itu, pemerintah harus berkeadilan dan pemerintah menjadi pengayom," kata dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(OGI)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan