ilustrasi Medcom.id
ilustrasi Medcom.id

Setuju Golkar, Pengamat: Pilihan Pemimpin yang di Tengah untuk Hindari Perpecahan

Al Abrar • 28 Februari 2023 14:40
Jakarta: Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) sepakat dengan Partai Golkar agar memilih pemimpin yang berada di tengah. Menurut dia, pemimpin yang ada di tengah bisa menghilangkan politik identitas dan polarisasi.
 
"Maka yang harus ditumbuhkan adalah bagaimana mencari sosok yang ada di tengah ini," kata Ujang saat dihubungi, Selasa, 28 Februari 2023.
 
Ujang menilai, sosok pemimpin atau calon presiden yang berada di tengah cocok untuk kultur Indonesia. Namun dia menegaskan, pemimpin yang berada di tengah bukan berarti tak peduli dengan kelompok-kelompok tertentu, ketika figur itu sudah menjadi pemimpin, makanya sosok itu harus mengayomi semua kelompok dan golongan.

"Posisi dari pemimpin itu ya harus di tengah. Berdiri di atas semua kelompok dan golongan, itu yang harus didahulukan," tegas pengamat politik darri Universitas Al Azhar ini.
 
Menurutnya, dengan sosok figur pemimpin yang berada di tengah maka Indonesia bisa terjaga. Ujang mengingatkan pengalaman yang melelahkan pada Pemilu 2019.
 
Baca: Golkar Imbau Pilih Pemimpin yang di Tengah, Bukan Terlalu Kiri atau Kanan
 
Ia mengingatkan akan sangat berisiko jika masyarakat kembali terpecah akibat pemilu. Oleh karena itu ia berharap, polarisasi tidak kembali terulang pada Pemilu 2024. Masyarakat juga diminta menjaga Indonesia ini dengan menjaga persatuan dan kesatuan.
 
"Caranya dengan mencari sosok pemimpin di tengah siapapun pemimpin itu yang mestinya harus di tengah," kata Ujang. 
 
Sebelumnya, Ketua DPD Golkar Jawa Timur, M Sarmuji mengimbau agar pemilih memilih pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang berada di tengah pada Pilpres 2024 mendatang.
 
Sarmuji tidak ingin Indonesia kedepan dipimpin oleh presiden yang lebih condong ke kiri dan kanan. Maka itu, pihaknya berupaya mencegah dengan mengingatkan parpol agar tidak terjebak pada politik identitas pada Pilpres 2024 mendatang.
 
"Saran saya kepada para pemilih, pilihlah capres yang tak merepresentasikan blok kanan dan blok kiri. Jangan pilih capres yang merepresentasikan kanan yang terlalu, kiri yang terlalu. Pilih yang tengah saja," kata Sarmuji saat dihubungi Senin, 27 Februari 2023. 
 
Pernyataan Sarmuji tersebut tercetus saat menjawab pertanyaan bagaimana cara agar politik identitas tidak terulang lagi seperti Pemilu 2019 lalu.
 
Jika partai politik salah memilih calon presiden, Sarmuji meyakini Pemilu 2024 mendatang suasana politiknya akan sama seperti Pemilu 2019 lalu.
 
"Di 2024 sebenarnya akan terjadi kelanjutan 2019 kalo parpol-parpol salah pilih calon," ucapnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan