medcom.id, Jakarta: Fraksi PDI Perjuangan MPR menggelar Haul Bung Karno ke-47. Momentum tersebut sekaligus dijadikan peluncuran buku 'Bung Karno, Islam Dan Pancasila', karya Ketua Fraksi PDIP di MPR Ahmad Basarah. Haul dan peluncuran buku dilakukan tepat di hari wafatnya Bung Karno, yakni tanggal 21 Juni.
Basarah penulis buku dalam pidatonya berjudul: 'Pledoi untuk Bung Karno dan Pemikiran-Pemikirannya' mengatakan, setidaknya ada tiga peristiwa penting dalam bulan Juni bagi Bung Karno. Pertama, hari kelahiran Bung Karno tanggal 6 Juni 1901.
Kedua, Hari Lahirnya Pancasila tanggal 1 Juni 1945 dan ketiga, pada tanggal 21 Juni 1970 Bung Karno wafat.
"Oleh karena itu, dalam internal keluarga besar PDI Perjuangan kami selalu memperingati bulan Juni ini sebagai Bulan Bung Karno," kata Basarah dalam sambutan acara haul dan peluncuran buku diselenggarakan di Gedung Nusantara IV Kompleks MPR/DPR, Rabu 21 Juni 2017.
Basarah menyampaikan 47 tahun lalu Bung Karno wafat karena penyakit yang dideritanya sebagai akibat tekanan psikis dan politik penguasa pada waktu itu. Bung Karno wafat dalam status sebagai tahanan politik. Sebelumnya, Bung Karno diisolasi dari dunia luar di Wisma Yaso Jakarta.
"Bung Karno pergi meninggalkan kita semua dengan membawa beban yang amat berat bagi diri dan keluarga serta pengikut-pengikutnya. Karena telah dituduh berkhianat kepada bangsa dan negara yang beliau dirikan sendiri bersama tokoh-tokoh pendiri bangsa lainnya," ujarnya.
Setelah melewati masa yang panjang selama 45 tahun, barulah pemerintah Republik Indonesia mengakui kekeliruanya telah menuduh Bung Karno berkhianat kepada bangsa dan negaranya. Koreksi terhadap keputusan politik negara yang keliru melalui TAP MPRS XXXIII tahun 1967 itu, akhirnya dilakukan melalui penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Bung Karno dengan Keputusan Presiden nomor 83 tahun 2012 tanggal 7 November 2012.
Sementara itu, Basarah mengatakan buku berjudul Bung Karno, Islam dan Pancasila, menjelaskan tentang sejarah perkembangan pemikiran kenegaraan Bung Karno. Khususnya pemikiran tentang Islam dan Nasionalisme. Serta keterkaitannya dengan proses sejarah, eksistensi dan kedudukan hukum Pancasila dalam sistem hukum nasional.
Serta penggunaan Pancasila sebagai tolok ukur dalam pengujian Undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar NRI 1945 di Mahkamah Konstitusi.
"Uraian tentang dimensi keislaman Bung Karno kami ulas dalam rangka meletakkan kembali secara proporsional tentang jati diri, perkembangan pemikiran, orientasi, sikap serta warisan-warisan keislaman Bung Karno yang selama ini banyak tidak diketahui dengan baik oleh masyarakat Indonesia,” bebernya.
Materi tentang dimensi keislaman Bung Karno sengaja dijadikan judul buku. Hal itu dimaksudkan sebagai jawaban atas berbagai tuduhan, yang hingga saat ini masih sering dilontarkan beberapa pihak yang mempropagandakan Bung Karno sebagai seorang sekuler atau anti agama, bahkan seorang komunis.
“Pendapat bahwa Bung Karno adalah seorang santri memang sangat tepat. Karena terbentuknya konstruksi pemikiran awal kenegaraan Bung Karno justru dibentuk oleh pemikiran Islam,” ujarnya.
medcom.id, Jakarta: Fraksi PDI Perjuangan MPR menggelar Haul Bung Karno ke-47. Momentum tersebut sekaligus dijadikan peluncuran buku 'Bung Karno, Islam Dan Pancasila', karya Ketua Fraksi PDIP di MPR Ahmad Basarah. Haul dan peluncuran buku dilakukan tepat di hari wafatnya Bung Karno, yakni tanggal 21 Juni.
Basarah penulis buku dalam pidatonya berjudul: 'Pledoi untuk Bung Karno dan Pemikiran-Pemikirannya' mengatakan, setidaknya ada tiga peristiwa penting dalam bulan Juni bagi Bung Karno. Pertama, hari kelahiran Bung Karno tanggal 6 Juni 1901.
Kedua, Hari Lahirnya Pancasila tanggal 1 Juni 1945 dan ketiga, pada tanggal 21 Juni 1970 Bung Karno wafat.
"Oleh karena itu, dalam internal keluarga besar PDI Perjuangan kami selalu memperingati bulan Juni ini sebagai Bulan Bung Karno," kata Basarah dalam sambutan acara haul dan peluncuran buku diselenggarakan di Gedung Nusantara IV Kompleks MPR/DPR, Rabu 21 Juni 2017.
Basarah menyampaikan 47 tahun lalu Bung Karno wafat karena penyakit yang dideritanya sebagai akibat tekanan psikis dan politik penguasa pada waktu itu. Bung Karno wafat dalam status sebagai tahanan politik. Sebelumnya, Bung Karno diisolasi dari dunia luar di Wisma Yaso Jakarta.
"Bung Karno pergi meninggalkan kita semua dengan membawa beban yang amat berat bagi diri dan keluarga serta pengikut-pengikutnya. Karena telah dituduh berkhianat kepada bangsa dan negara yang beliau dirikan sendiri bersama tokoh-tokoh pendiri bangsa lainnya," ujarnya.
Setelah melewati masa yang panjang selama 45 tahun, barulah pemerintah Republik Indonesia mengakui kekeliruanya telah menuduh Bung Karno berkhianat kepada bangsa dan negaranya. Koreksi terhadap keputusan politik negara yang keliru melalui TAP MPRS XXXIII tahun 1967 itu, akhirnya dilakukan melalui penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Bung Karno dengan Keputusan Presiden nomor 83 tahun 2012 tanggal 7 November 2012.
Sementara itu, Basarah mengatakan buku berjudul Bung Karno, Islam dan Pancasila, menjelaskan tentang sejarah perkembangan pemikiran kenegaraan Bung Karno. Khususnya pemikiran tentang Islam dan Nasionalisme. Serta keterkaitannya dengan proses sejarah, eksistensi dan kedudukan hukum Pancasila dalam sistem hukum nasional.
Serta penggunaan Pancasila sebagai tolok ukur dalam pengujian Undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar NRI 1945 di Mahkamah Konstitusi.
"Uraian tentang dimensi keislaman Bung Karno kami ulas dalam rangka meletakkan kembali secara proporsional tentang jati diri, perkembangan pemikiran, orientasi, sikap serta warisan-warisan keislaman Bung Karno yang selama ini banyak tidak diketahui dengan baik oleh masyarakat Indonesia,” bebernya.
Materi tentang dimensi keislaman Bung Karno sengaja dijadikan judul buku. Hal itu dimaksudkan sebagai jawaban atas berbagai tuduhan, yang hingga saat ini masih sering dilontarkan beberapa pihak yang mempropagandakan Bung Karno sebagai seorang sekuler atau anti agama, bahkan seorang komunis.
“Pendapat bahwa Bung Karno adalah seorang santri memang sangat tepat. Karena terbentuknya konstruksi pemikiran awal kenegaraan Bung Karno justru dibentuk oleh pemikiran Islam,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(YDH)