Pasukan Pengibar Bendera Pusaka menaikkan Bendera Merah Putih saat upacara peringatan detik-detik Proklamasi 17 Agustus, Senin 17 Agustus 2015. Antara Foto/Yudhi Mahatma
Pasukan Pengibar Bendera Pusaka menaikkan Bendera Merah Putih saat upacara peringatan detik-detik Proklamasi 17 Agustus, Senin 17 Agustus 2015. Antara Foto/Yudhi Mahatma

Kaum Muda Butuh Keteladanan

Erandhi Hutomo Saputra • 15 Agustus 2016 07:38
medcom.id, Jakarta: Di saat kemerdekaan Indonesia berusia 71 tahun, pemahaman generasi muda sebagai penerima estafet kepemimpinan nasional tentang arti nasionalisme dinilai cenderung menurun.
 
Akibatnya, kepedulian terhadap bangsa dan rasa cinta Tanah Air mengarah ke kemerosotan. Hal itu disampaikan tokoh bangsa Buya Ahmad Syafii Maarif saat dihubungi, Minggu (15/8/2016).
 
"Saya tidak bisa mengatakan (pemahaman anak muda tentang nasionalisme) semakin baik atau semakin buruk, tetapi memang kepedulian (generasi muda) terhadap bangsa saya rasa agak merosot," kata Buya.

Kaum Muda Butuh Keteladanan
Anggota Dewan seharusnya bisa jadi teladan. Foto: MI/Ramdani
 
Faktor penyebabnya, lanjut dia, hilangnya keteladanan dari keluarga, lingkungan sekitar, hingga para elite dan pemimpin bangsa. "Mereka (generasi muda) kehilangan keteladanan," ujarnya.
 
Untuk mengatasi hal itu, Buya menyarankan selain adanya keteladanan, juga memaksimalkan pendidikan mengenai nasionalisme, baik melalui pendidikan formal maupun informal.
 
Peran pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjadi krusial. Ketiadaan keteladaan itu, menurut hemat pengamat politik Yudi Latief, begitu kentara pada kaum elite.
 
Keteladanan dalam konteks nasionalisme ialah rela berkorban, persatuan, dan semangat membangun negeri.
"Namun, itu justru meredup di lingkungan elite politik," ujar Yudi.
 
Terkait itu, Yudi berharap pemerintah tidak saja berkonsentrasi menggenjot infrastruktur, tetapi juga membangun mental dan karakter, khususnya di kalangan anak muda sebagai generasi penerus.
 
Saat dihubungi, Gubernur Lemhannas Agus Widjojo mengatakan untuk menumbuhkan nasionalisme masyarakat, khususnya generasi muda, saat ini memang tidak mudah karena adanya tiga masa transisi yang sedang berjalan di Indonesia.
 
Ketiga masa transisi itu, kata Agus, ialah transisi politik dari otoritarian menuju demokrasi, transisi kultural dari budaya kebersamaan menuju individualisme, dan transisi generasi dari yang tua ke anak muda yang disebut generasi X dan Y.
 
Untuk itu, kata Agus, diperlukan standar yang bisa diterima generasi muda untuk menumbuhkan nasionalisme, termasuk sistem pendidikan.
 
Agus menambahkan, saat ini nasionalisme tidak hanya diukur dengan pengorbanan fisik seperti zaman dulu, tetapi juga lebih menonjolkan pada daya saing anak bangsa dengan negara lain.
 


Video lengkap klik di sini
 
Motivasi untuk Maju
 
Bagi Kevin Limanta, 17, sebagai generasi penerus, cinta Tanah Air ia tunjukkan dengan selalu memiliki motivasi mengharumkan bangsa dan negara di forum internasional.
 
"Semangat ini harus dimiliki anak muda supaya negara kita menjadi hebat," ujar Kevin, peraih medali perak Olimpiade Fisika Internasional 2016 di Zurich, Swiss, bulan lalu.
 
Bukan kali ini saja siswa kelas XXI SMA Intan Permata Hati, Surabaya, itu membawa nama baik bangsa. Sebelumnya, ia gemilang dengan menggondol medali emas pada olimpiade fisika tingkat Asia di Hong Kong.
 
Senada, inovator muda berbakat, Ryan Timothy Abisha, 16, pun menyatakan nasionalisme itu bisa dicontohkan lewat kecintaan pada lingkungan.
 
"Berkontribusi bagi bangsa mudah. Sebagai anak muda kita harus peka terhadap lingkungan," tutur Ryan, siswa kelas XI Sampoerna Academy, Jakarta, pencipta tong sampah pintar (smart trash bin).
 
Kaum Muda Butuh Keteladanan
Rio Haryanto, pembalap Formula 1 asal Indonesia. Foto: MI/Ramdani
 
Bagi pembalap Formula 1, Rio Haryanto, 23, nasionalisme itu adalah bekerja keras untuk bangsa dan negara. Menurut Rio, itulah cara menghargai sekaligus mengisi kemerdekaan. Setiap anak muda, lanjutnya, pasti mampu berkiprah di bidang yang ditekuninya.
 
Tentu untuk bisa sukses, mereka harus bekerja keras.
 
"Saya ingin terus berkiprah di balap mobil. Saya bekerja keras dan tidak pernah menyerah untuk membanggakan Indonesia, membawa Indonesia ke panggung olahraga dunia, apa pun yang terjadi, apa pun kendalanya," tukasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TRK)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan