Jakarta: Sekretaris Jenderal Partai Berkarya Badaruddin Andi Picung tak masalah Mayjen Purnawirawan Muchdi PR dan Pollycarpus Budihari Proyanto bergabung. Masyarakat diminta tidak mengkaitkan latar belakang keduanya yang pernah terlibat dalam kasus pembunuhan aktivis HAM Munir Said Thalib.
Sekretaris Jenderal Partai Berkarya Badaruddin Andi Picunang mengatakan, nama Muchdi PR bukan wajah baru di Partai Berkarya. Mantan Danjen Kopassus itu salah satu yang berperan besar terhadap berdirinya Partai Berkarya.
Menurut Badar, setiap warga negara memiliki hak politik sama untuk bergabung dengan Partai Berkarya.
"Kita melihat posisi beliau kan tokoh, dia punya andil untuk negara ini. Kalau dia benar seperti apa yang dituduhkan, bukan itu yang kami tonjolkan, beberapa tugas negara yang diemban beliau kan banyak juga," kata Badar kepada Medcom.id, Rabu, 7 Maret 2018.
Badar membantah Muchdi PR sengaja mengajak Pollycarpus bergabung ke Partai Berkarya. Sejak bergabung, keduanya sama sekali tak pernah bersua.
"Sama sekali tidak (ada ajakan), bertemu pun tidak pernah. Kebetulan saja teman-teman di daerah menjaring keanggotaan mungkin Pak Polly suka terhadap partai ini diterima, enggak ada masalah. Saya pun enggak kenal Pak Polly," kata Badar.
Baca: Partai Berkarya Abaikan Masa Lalu Pollycarpus
Muchdi PR didakwa menjadi otak pembunuhan Munir Said Thalib. Pada 19 Juni 2008, dia ditangkap dengan dugaan menjadi otak pembunuhan Munir. Beragam bukti kuat dan kesaksian mengarah padanya.
Namun, pada 31 Desember 2008, Muchdi divonis bebas. Vonis kontroversial ini membuat tiga hakim yang mengadili diperiksa. Hingga kini belum diketahui siapa yang menjadi otak utama pembunuh aktivis HAM itu.
Sementara, nama Pollycarpus muncul setelah Munir tewas dalam pesawat Garuda. Pada 7 September 2004, Munir dan Pollycarpus sama-sama terbang dari Jakarta menuju Amsterdam, Belanda. Dua jam sebelum mendarat di Amsterdam, Munir meninggal di kursinya.
Kepolisian Belanda yang melakukan autopsi menemukan jejak senyawa arsenikum dalam tubuh Munir. Nama Pollycarpus pun muncul. Pilot yang sedang cuti itu terbukti mendapat perintah untuk membunuh Munir. Putusan itu didapat setelah Pollycarpus menerima beberapa panggilan dari agen intelijen senior.
Pada 18 Maret 2005, Bareskrim Mabes Polri menetapkan Polly sebagai tersangka kasus pembunuhan Munir. Pada 1 Agustus 2005, sidang pun digelar di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat. Jaksa menuntut Polly dihukum seumur hidup.
Tapi pada 12 Desember 2005, Majelis hakim menjatuhi hukuman 14 tahun penjara padanya. Ia dinyatakan terbukti melakukan pembunuhan berencana terhadap Munir dengan cara memasukkan racun arsenik ke dalam mie goreng yang disantap Munir saat penerbangan menuju Singapura.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/0k8L5Zgk" allowfullscreen></iframe>
Jakarta: Sekretaris Jenderal Partai Berkarya Badaruddin Andi Picung tak masalah Mayjen Purnawirawan Muchdi PR dan Pollycarpus Budihari Proyanto bergabung. Masyarakat diminta tidak mengkaitkan latar belakang keduanya yang pernah terlibat dalam kasus pembunuhan aktivis HAM Munir Said Thalib.
Sekretaris Jenderal Partai Berkarya Badaruddin Andi Picunang mengatakan, nama Muchdi PR bukan wajah baru di Partai Berkarya. Mantan Danjen Kopassus itu salah satu yang berperan besar terhadap berdirinya Partai Berkarya.
Menurut Badar, setiap warga negara memiliki hak politik sama untuk bergabung dengan Partai Berkarya.
"Kita melihat posisi beliau kan tokoh, dia punya andil untuk negara ini. Kalau dia benar seperti apa yang dituduhkan, bukan itu yang kami tonjolkan, beberapa tugas negara yang diemban beliau kan banyak juga," kata Badar kepada Medcom.id, Rabu, 7 Maret 2018.
Badar membantah Muchdi PR sengaja mengajak Pollycarpus bergabung ke Partai Berkarya. Sejak bergabung, keduanya sama sekali tak pernah bersua.
"Sama sekali tidak (ada ajakan), bertemu pun tidak pernah. Kebetulan saja teman-teman di daerah menjaring keanggotaan mungkin Pak Polly suka terhadap partai ini diterima, enggak ada masalah. Saya pun enggak kenal Pak Polly," kata Badar.
Baca: Partai Berkarya Abaikan Masa Lalu Pollycarpus
Muchdi PR didakwa menjadi otak pembunuhan Munir Said Thalib. Pada 19 Juni 2008, dia ditangkap dengan dugaan menjadi otak pembunuhan Munir. Beragam bukti kuat dan kesaksian mengarah padanya.
Namun, pada 31 Desember 2008, Muchdi divonis bebas. Vonis kontroversial ini membuat tiga hakim yang mengadili diperiksa. Hingga kini belum diketahui siapa yang menjadi otak utama pembunuh aktivis HAM itu.
Sementara, nama Pollycarpus muncul setelah Munir tewas dalam pesawat Garuda. Pada 7 September 2004, Munir dan Pollycarpus sama-sama terbang dari Jakarta menuju Amsterdam, Belanda. Dua jam sebelum mendarat di Amsterdam, Munir meninggal di kursinya.
Kepolisian Belanda yang melakukan autopsi menemukan jejak senyawa arsenikum dalam tubuh Munir. Nama Pollycarpus pun muncul. Pilot yang sedang cuti itu terbukti mendapat perintah untuk membunuh Munir. Putusan itu didapat setelah Pollycarpus menerima beberapa panggilan dari agen intelijen senior.
Pada 18 Maret 2005, Bareskrim Mabes Polri menetapkan Polly sebagai tersangka kasus pembunuhan Munir. Pada 1 Agustus 2005, sidang pun digelar di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat. Jaksa menuntut Polly dihukum seumur hidup.
Tapi pada 12 Desember 2005, Majelis hakim menjatuhi hukuman 14 tahun penjara padanya. Ia dinyatakan terbukti melakukan pembunuhan berencana terhadap Munir dengan cara memasukkan racun arsenik ke dalam mie goreng yang disantap Munir saat penerbangan menuju Singapura.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)