Jakarta: Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) begitu terpukul terhadap penyelenggaraan Kongres Luar Biasa (KLB) Demokrat di Deli Serdang, Sumatra Utara (Sumut).
Lebih menyakitkan lagi, KLB tersebut melibatkan orang yang pernah ia berikan jabatan, yaitu Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko.
Presiden ke-6 Republik Indonesia itu pun menyesali keputusannya memberikan sejumlah jabatan ke Moeldoko.
Moeldoko dipilih menjadi Panglima TNI saat SBY masih menjabat sebagai Presiden. Dia mengemban jabatan itu pada periode 30 Agustus 2013-8 Juli 2015.
Menanggapi hasil KLB yang menunjuk Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat versi KLB, SBY merilis sebuah pidato.
Menariknya, isi pidato SBY lebih banyak mengungkap sisi kepribadian dan karakter orang-orang di KLB termasuk Moeldoko.
Pengkhianat
Termasuk rasa malu dan rasa bersalah saya yang dulu beberapa kali memberikan kepercayaan dan jabatan kepadanya. Saya memohon ampun kehadirat Allah SWT, Tuhan yang maha kuasa atas kesalahan saya itu.
Saya sangat merasakan apa yang para kader Demokrat rasakan saat ini, saudara pasti marah, terhina, merasa diperlakukan sewenang-wenang, geram kepada yang berkhianat dengan imbalan uang dan iming iming kedudukan, dan rasanya ingin membalas perbuatan mereka. Namun, sebagai orang tua di partai ini, saya tetap meminta saudara untuk bersabar namun gigih berikhtiar untuk mendapatkan keadilan yang sejati.
Pembohong
Satu bulan yang lalu, kita semua masih ingat ketika Ketua Umum Partai Demokrat AHY secara resmi mengirimkan surat kepada yang mulia Bapak Presiden Jokowi tentang keterlibatan KSP Moeldoko dalam gerakan penggulingan kepemimpinan Partai Demokrat yang sah. Dan, setelah itu Ketum AHY juga menyampaikan kepada publik terkait kudeta Partai Demokrat ini.
Banyak tanggapan yang bernada nyinyir dan miring, mereka menyatakan Demokrat hanya mencari sensasi, Demokrat hanya playing victim. KSP Moeldoko mengatakan itu hanya ngopi ngopi. Pelaku gerakan mengatakan itu hanya rapat-rapat biasa.
Tega dan berdarah dingin
Tetapi hari ini, sejarah telah mengabadikan apa yang terjadi di negara yang kita cintai ini. Memang banyak yang tercengang, banyak yang tidak percaya bahwa KSP Moeldoko yang bersekongkol dengan orang dalam benar-benar tega dan dengan darah dingin melakukan kudeta ini.
Tidak berjiwa ksatria
Sebuah perebutan kepemimpinan yang tidak terpuji, jauh dari sikap ksatria, dan nilai-nilai moral, dan hanya mendatangkan rasa malu bagi perwira dan prajurit yang pernah bertugas di jajaran Tentara Nasional Indonesia.
Sebagai orang yang menggagas berdirinya Partai Demokrat, termasuk yang membina dan membesarkan partai ini, dan bahkan memimpinnya, tak pernah terlintas dalam pikiran saya bahwa Partai Demokrat akan dibeginikan.
Jakarta: Majelis Tinggi
Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) begitu terpukul terhadap penyelenggaraan Kongres Luar Biasa (KLB) Demokrat di Deli Serdang, Sumatra Utara (Sumut).
Lebih menyakitkan lagi, KLB tersebut melibatkan orang yang pernah ia berikan jabatan, yaitu Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko.
Presiden ke-6 Republik Indonesia itu pun menyesali keputusannya memberikan sejumlah jabatan ke Moeldoko.
Moeldoko dipilih menjadi Panglima TNI saat SBY masih menjabat sebagai Presiden. Dia mengemban jabatan itu pada periode 30 Agustus 2013-8 Juli 2015.
Menanggapi hasil KLB yang menunjuk Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat versi KLB, SBY merilis sebuah pidato.
Menariknya, isi pidato SBY lebih banyak mengungkap sisi kepribadian dan karakter orang-orang di KLB termasuk Moeldoko.
Pengkhianat
Termasuk rasa malu dan rasa bersalah saya yang dulu beberapa kali memberikan kepercayaan dan jabatan kepadanya. Saya memohon ampun kehadirat Allah SWT, Tuhan yang maha kuasa atas kesalahan saya itu.
Saya sangat merasakan apa yang para kader Demokrat rasakan saat ini, saudara pasti marah, terhina, merasa diperlakukan sewenang-wenang, geram kepada yang berkhianat dengan imbalan uang dan iming iming kedudukan, dan rasanya ingin membalas perbuatan mereka. Namun, sebagai orang tua di partai ini, saya tetap meminta saudara untuk bersabar namun gigih berikhtiar untuk mendapatkan keadilan yang sejati.
Pembohong
Satu bulan yang lalu, kita semua masih ingat ketika Ketua Umum Partai Demokrat AHY secara resmi mengirimkan surat kepada yang mulia Bapak Presiden Jokowi tentang keterlibatan KSP Moeldoko dalam gerakan penggulingan kepemimpinan Partai Demokrat yang sah. Dan, setelah itu Ketum AHY juga menyampaikan kepada publik terkait kudeta Partai Demokrat ini.
Banyak tanggapan yang bernada nyinyir dan miring, mereka menyatakan Demokrat hanya mencari sensasi, Demokrat hanya playing victim. KSP Moeldoko mengatakan itu hanya ngopi ngopi. Pelaku gerakan mengatakan itu hanya rapat-rapat biasa.
Tega dan berdarah dingin
Tetapi hari ini, sejarah telah mengabadikan apa yang terjadi di negara yang kita cintai ini. Memang banyak yang tercengang, banyak yang tidak percaya bahwa KSP Moeldoko yang bersekongkol dengan orang dalam benar-benar tega dan dengan darah dingin melakukan kudeta ini.
Tidak berjiwa ksatria
Sebuah perebutan kepemimpinan yang tidak terpuji, jauh dari sikap ksatria, dan nilai-nilai moral, dan hanya mendatangkan rasa malu bagi perwira dan prajurit yang pernah bertugas di jajaran Tentara Nasional Indonesia.
Sebagai orang yang menggagas berdirinya Partai Demokrat, termasuk yang membina dan membesarkan partai ini, dan bahkan memimpinnya, tak pernah terlintas dalam pikiran saya bahwa Partai Demokrat akan dibeginikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ACF)