Jakarta: Partai NasDem kembali menggelar observasi kelautan di sepanjang Pantai Utara Jawa (Pantura). Observasi kelautan itu berlangsung selama sepekan, mulai 21 hingga 28 November 2017. Observasi dimulai dari Pantai Glayem, Indramayu, Jawa Barat hingga ke Lamongan, Jawa Timur.
"Hari ini kita akan melihat bagaimana kapal nelayan dengan alat tangkap dogol beroperasi di Indramayu," ujar Ketua DPP NasDem bidang Pertanian dan Maritim, Emmy Hafild di Indramayu, Jawa Barat, Selasa 21 November 2017.
Emmy menjelaskan, kegiatan observasi bertujuan mencari tahu dampak berbagai alat tangkap nelayan terhadap kerusakan ekosistem bawah laut. Hal ini untuk menindaklanjuti Permen 71 Kementerian Kelautan dan Perikanan soal pelarangan berbagai alat tangkap.
"Hasil observasi ini akan dijadikan bahan untuk uji petik yang dapat dijadikan bahan pertimbangan pemerintah dan nelayan mencari solusi terbaik soal pelarangan alat tangkap," tambah Emmy.
Sedikitnya terdapat 4.800 kapal nelayan di Indramayu. Mayoritas kapal-kapal tersebut menjaring udang dan ikan-ikan kecil. Berbeda dengan para nelayan cantrang yang harus melaut selama berhari-hari, nelayan dogol hanya melaut selama setengah hari.
"Menurut nelayan alat tangkap yang merusak itu ialah trawl dan turunannya. Sementara alat-alat mereka, seperti cantrang, dogol dan lain-lain dianggap ramah lingkungan. Pelarangan alat tangkap harus disesuaikan daerah pelayaran nelayan," paparnya.
Setelah melakukan observasi terhadap alat tangkap Dogol, Tim NasDem dibantu dengan para peneliti dari IPB melanjutkan observasi ke alat tangkap jenis Gilnet yang baru bisa dilakukan pada malam hari.
Jakarta: Partai NasDem kembali menggelar observasi kelautan di sepanjang Pantai Utara Jawa (Pantura). Observasi kelautan itu berlangsung selama sepekan, mulai 21 hingga 28 November 2017. Observasi dimulai dari Pantai Glayem, Indramayu, Jawa Barat hingga ke Lamongan, Jawa Timur.
"Hari ini kita akan melihat bagaimana kapal nelayan dengan alat tangkap dogol beroperasi di Indramayu," ujar Ketua DPP NasDem bidang Pertanian dan Maritim, Emmy Hafild di Indramayu, Jawa Barat, Selasa 21 November 2017.
Emmy menjelaskan, kegiatan observasi bertujuan mencari tahu dampak berbagai alat tangkap nelayan terhadap kerusakan ekosistem bawah laut. Hal ini untuk menindaklanjuti Permen 71 Kementerian Kelautan dan Perikanan soal pelarangan berbagai alat tangkap.
"Hasil observasi ini akan dijadikan bahan untuk uji petik yang dapat dijadikan bahan pertimbangan pemerintah dan nelayan mencari solusi terbaik soal pelarangan alat tangkap," tambah Emmy.
Sedikitnya terdapat 4.800 kapal nelayan di Indramayu. Mayoritas kapal-kapal tersebut menjaring udang dan ikan-ikan kecil. Berbeda dengan para nelayan cantrang yang harus melaut selama berhari-hari, nelayan dogol hanya melaut selama setengah hari.
"Menurut nelayan alat tangkap yang merusak itu ialah trawl dan turunannya. Sementara alat-alat mereka, seperti cantrang, dogol dan lain-lain dianggap ramah lingkungan. Pelarangan alat tangkap harus disesuaikan daerah pelayaran nelayan," paparnya.
Setelah melakukan observasi terhadap alat tangkap Dogol, Tim NasDem dibantu dengan para peneliti dari IPB melanjutkan observasi ke alat tangkap jenis Gilnet yang baru bisa dilakukan pada malam hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)