Ilustrasi. Medcom.id
Ilustrasi. Medcom.id

NasDem Minta Desain Fiskal RAPBN 2023 Percepat Ketahanan Pangan dan Energi

Arga sumantri • 23 Agustus 2022 12:23
Jakarta: Fraksi NasDem berharap desain fiskal Rancangan APBN 2023 mampu mengakselerasi agenda ketahanan pangan dan energi. Khususnya, dalam mendorong ekonomi berkualitas yang menyentuh segala lapisan masyarakat.
 
"Ketahanan pangan yang dimaksud harus fokus pada sektor pertanian, peternakan, perikanan, kelautan dan UMKM," ujar Ketua Fraksi NasDem Roberth Rouw melalui keterangan tertulis, Selasa, 23 Agustus 2022.
 
Ia mengatakan sektor tersebut adalah sektor padat karya yang melibatkan jumlah tenaga kerja yang besar dan bertumpu pada wilayah perdesaan serta masyarakat lapisan bawah. NasDem pun menilai pentingnya ada subsidi yang langsung ditujukan kepada petani.

"Itu harus dilakukan untuk menggenjot produksi dan mempertahankan swasembada pangan nasional sehingga harga di pasaran akan terus stabil, laju inflasi teredam, dan kita terhindar dari krisis pangan," ujar dia.
 
Fraksi NasDem juga berharap pemerintah mampu mengakselerasi transisi ke energi baru terbarukan. Salah satu caranya, dengan mengalihkan subsidi BBM ke subsidi industri energi baru terbarukan. 
 
"Hal itu penting supaya lebih banyak masyarakat yang dapat menikmati dan dalam jangka panjang akan menghemat APBN," jelas dia.
 

Baca: Rencana Penaikan Harga BBM Bersubsidi, Presiden: Hati-Hati


NasDem berpendapat indikator makro ekonomi dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen cukup realistis. Pertumbuhan di atas lima persen memang sebuah keharusan agar lepas dari middle income trap.
 
Tetapi, kata dia, pemerintah terlalu optimistis. Harus diantisipasi potensi penurunan permintaan ekspor karena pelambatan ekonomi global. Jika berlangsung cukup lama, kata dia, maka pertumbuhan hanya bertumpu pada sumber pertumbuhan dalam negeri yang tertekan tingginya inflasi.
 
Meski target inflasi 3,3 persen sudah cukup tepat, NasDem menilai pemerintah harus ingat bahwa inflasi pada Juli 2022 telah mencapai 4,94 persen. Inflasi dari sisi penawaran harus diperhatikan.
 
"Peningkatan indeks harga produsen telah mencapai 11,7 persen secara tahunan pada kuartal II/2022 adalah indikasi awal potensi terjadi lonjakan harga akibat meningkatnya harga komoditas dunia dan gangguan rantai pasok," jelas dia.
 
Pemerintah dinilai harus menyediakan skenario mitigasi risiko bila target inflasi meleset supaya konsolidasi fiskal dapat diukur dengan baik. Kenaikan suku bunga The Fed yang agresif, menurut dia, menstimulasi pelaku pasar untuk menukarkan mata uangnya ke dolar Amerika sebagai upaya melindungi nilai dan menekan kurs mata uang emerging market termasuk rupiah. 
 
NasDem memahami target rata-rata nilai tukar sebesar Rp14.750 per dolar Amerika sudah cukup realistis. Namun, pemerintah dinilai harus mampu mengambil keuntungan dari situasi ini dengan menggenjot surplus neraca perdagangan Indonesia untuk komoditas pertanian pascatercapainya swasembada pangan tahun ini.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan